Ilmuwan Temukan Satwa Langka Spesies Baru, Katak Hidung Babi

Ilmuwan Temukan Satwa Langka Spesies Baru, Katak Hidung Babi
Katak Hidung Babi.

ANDRHA PRADESH - Ilmuwan menemukan satwa langka spesies baru. Yakni, katak yang memiliki hidung yang tampak seperti hidung babi. 

Kulitnya mengilap seperti katak pada umumnya, tapi tanpa tonjolan. Di sekitar matanya ada lingkaran biru. Tungkai pendek. Warnanya Ungu. Karthikeyan Vasudevan, peneliti biologi Centre for Celluler and Molecular Biology yang bergabung dalam penelitian ini, dan tim menemukannya di pegunungan Ghats Barat, India.

Taksonomi soal katak ini secara lengkap diulas dalam jurnal Alytes edisi 13 Agustus 2017. Studi tim ini berjudul "A new species of the genus Nasikabatrachus (Anura, Nasikabatrachidae) from the eastern slopes of the Western Ghats, India". 

Katak hidung babi ini diberi nama Nasikabatrachus bhupati. Nama tersebut disematkan untuk menghormati Subramaniam Bhuaty, pakar herpetology rekan Vasudevan yang meninggal di pegunungan Ghats barat pada 2014. 

Menurut Vasudevan, penampilan N. bhupati tersebut adalah hasil evolusi dalam jangka waktu yang sangat lama. "Katak ini menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah tanah," kata dia, seperti dikutip dari laman berita The Hindu. Untuk makan, katak ini memanfaatkan lidah mereka yang panjang untuk mengambil semut dan rayap di bawah tanah.

Katak ini memiliki saudara satu genus, yakni N. sahyadrensis yang juga ditemukan di daerah yang sama. Hanya keduanya yang terungkap dari genus tersebut Nasikabatrachus.

Dalam jurnal tim menjelaskan, hanya ada waktu untuk menarik kata hidung babi ke luar tanah, yakni pada musim bertelur yang bertepatan dengan musim hujan. Saat musim hujan datang, katak jantan akan membuat suara keras di sungai pegunungan.

Jantan membuahi telur di dalam rahim betina. Lalu, satu sampai dua hari telur akan menetas menjadi kecebong. Namun, tak seperti kecebong lainnya, kecebong katak hidung babi menempel di tebing menggunakan mulut mereka selama 120 hari.

"Setelah menjadi larva, barulah mereka masuk kembali ke tanah," ujar Vasudevan. (ade/tempo)


Berita Lainnya

Index
Galeri