Disutradarai Marhalim Zaini

Intip Latihan Suku Teater Riau 'Dilanggar Todak'

Intip Latihan Suku Teater Riau 'Dilanggar Todak'
Marhalim Zaini, penulis naskah dan sutradara "Dilanggar Todak" saat memberikan arahan kepada tim Suk

PEKANBARU - Suku Teater Riau tengah menggarap naskah pertunjukkan “Dilanggar Todak” karya Marhalim Zaini. Naskah pertunjukkan tersebut diilhami dari puisi “Dilanggar Todak, Mitos-mitos Kota Pendurhaka” karya Marhalim sendiri, yang pernah tersiar di salah satu media nasional 12 Desember 2010 lalu.

Sebagai salah satu seniman Riau yang tunak berkesenian, melalui akun Facebook-nya, pada mulanya Marhalim secara terang melakukan perekrutan kepada masyarakat untuk menjadi bagian (baca: keluarga) Suku Teater Riau.

Hasilnya di luar dugaan. Tingginya antusias masyarakat terhadap Suku Teater Riau membuat pria kelahiran Telukpambang, Bengkalis, Riau, 15 Januari 1976 tersebut semakin optimistis. Sekitar enam puluhan orang dari berbagai kalangan, mulai dari yang berprofesi sebagai guru, jurnalis, mahasiswa, siswa, kini telah menjadi keluarga Suku Teater Riau. 

Sejak pertemuan pertama hingga pertemuan keenam, Sabtu (4/11/2017) lalu, Marhalim selaku pemimpin Suku Teater Riau sekaligus sutradara “Dilanggar Todak” tak jarang memberikan keleluasaan bagi anggota keluarga Suku Teater dalam mengekspresikan diri.

Hal itu terpantau oleh RiauRealita.com, saat Suku Teater Riau duduk melingkar usai sesi latihan berakhir. Pada kesempatan itu, Marhalim memberi semacam evaluasi hasil latihan kepada anggota keluarga Suku Teater Riau.

Pada kesempatan itu, Marhalim mengatakan, pada dasarnya ia ingin anggota keluarga Suku Teater Riau yang mendapatkan peran lebih mengeksplorasikan diri dalam mendalami peran masing-masing. Dengan kata lain, Marhalim mengajak anggota keluarga Suku Teater Riau lebih variatif saat mengekspresikan diri.

Di samping itu, Marhalim juga percaya pada proses latihan yang dijalani satu minggu dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu dan Sabtu, akan mematangkan karakter tiap-tiap peran. Sebab, selain pertemuan dua kali dalam satu minggu itu, ia juga menyarankan agar anggota keluarga Suku Teater Riau melakukan latihan di rumah.

Menyinggung naskah pertunjukkan “Dilanggar Todak”, Marhalim mengatakan, sejatinya “Dilanggar Todak” merupakan sebuah tafsir bebas dari mitos (baca: cerita rakyat) “Singapura Dilanggar Todak” yang termaktub dalam kitab Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu).

“Dalam pertunjukkan teater ‘Dilanggar Todak’, kisah tersebut tidak secara utuh diceritakan kembali di atas panggung. Dengan kata lain, sebagaimana sebuah tafsir bebas, cara kerja penciptaan teks dan panggung ‘Dilanggar Todak’ adalah proses keluar masuk dari sejarah ke mitos ke realitas kekinian,” kata penyandang gelar Seniman Pemangku Negeri tersebut kepada RiauRealita.com, Senin (6/11/2017).

Lebih lanjut Marhalim mengatakan, naskah teater Dilanggar Todak juga semacam otokrtik atas diri. Artinya, sebagaimana sebuah proses berkelindan dalam keliaran yang jauh, tetapi tetap kembali ke muara, yakni diri itu sendiri. “Otokritik itu bisa jadi berbunyi, jangan membunuh masa depan hanya karena hendak kembali ke masa silam,” tutup Marhalim. 

Laporan: Anju Zasdar


Berita Lainnya

Index
Galeri