Sajak Apa Kabar
Apa kabar hati?
Masihkah ia terluka?
Karena cinta yang lama
Apa kabar air mata?
Masihkah deras arusnya?
Sebab luka yang menganga
Apa kabar cinta?
Masihkah ada ruang untuknya?
Untuk dia yang mendekatkan diri padaNya?
Bisikan Kekasih
Sayang,
Marahku bukan murka
Ketidakpedulianku bukan berarti tak suka
Hanya saja aku ingin kau lebih perasa
Pada apa-apa yang seharusnya kau jaga
Sayang,
Jelilah melihat semuanya
Mereka hanya ingin kita berpisah
Padahal kita ingin menua bersama
Pulang
Pulang kedalam pelukanmu
Senyata-nyatanya rindu
Menenggelamkan wajah di bahumu
Penuh dengan syahdu
Menetaplah,
Kan kujadikan kau rumah
Bagi jiwaku yang lelah
Secangkir Sunyi
Kepulan asap rindu
Menjelma menjadi candu
Sunyi ini membunuhku
Kapan akan berlalu?
Tolong buatkan aku secangkir sunyi
Dari rempah-rempah imaji
Tambahkan sedikit mimpi
Agar tercipta rasa yang kau puji
Ilusi
Hadirmu tak bisa ditebak angin
Selalu datang dan pergi sesuai ingin
Kukirim sebuah kecup yang paling dingin
Agar aku tak lagi kau anggap sebuah manekin
Kau mahir dalam hal mematahkan
Hanya ada senyumku yang belum patah
Selebihnya sudah patah tak tertahankan
Bukankah ini masih terlalu pagi?
Untuk seseorang yang ingin pergi
Ternyata “Kita” hanya ilusi
Yang sengaja kucipta sendiri
Devian Amilla. Alumni UMSU 2016. Guru Matematika di salah satu Sekolah Swasta di Medan. Menetap di Medan-Sumatera Utara.