PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Bayangan Sang Jiwa
Kata demi kata telah terucap
Tetes demi tetes telah mengalir
Sabda sebuah cinta telah terlantun
Terlantun dengan indah
Dengan bahasa cintanya
Tapi...
Itu hanya debur sebuah Fatamorgana
Cinta ini takkan terungkap
Cinta ini takkan diungkapkan
Saya adalah bidadari
Saya adalah malaikat
Sejuta tusukan anak panah telah tertancap
Tapi...
Sebiji jarum pun
Tak pernah menggores
Rasa ini tak ada logika
Rsa ini tabu
Rasa ini rumit
Kubiarkan semua kan merayu
Tapi...
Tak kubiarkan semua
Melelehkan hatiku
Karena
Cinta ini
Hanya
Untukku
Sendiri
Titik Penghabisan
Abad demi abad
Terasa seperti
Detik demi Detik
Tak kurasa, Begitu lama
Samudera, Sahara, dan Bermuda
Telah kutaklukan
Tapi janjimu pada sang penakluk
Telah kau Ingkari
Senapan, Samurai, dan Pedang
Telah merapuhkan jiwa ini
Tapi janjimu
Seperti jarum jam
Seperti jarum jam yang selalu berputar lambat
Dan tak tahu kapan berhenti
Apa maumu?
Sejauh kaki ini melangkah
Sejauh mata ini memandang
Hampa
Hanya hampa yang kurasakan
Ku hanya butuh firmanmu
Itu saja
Berhentilah
Bagai Berlian Suci
Kau datang bersama embun pagi
Sesaat sebuah senyuman
Silih berganti dengan sebuah firman
Untuk kali pertamanya
Ku kan lelehkan hatimu
Kau adalah
Seorang bayi yang baru telahir
Dengan rangkaian kesuciannya
Hamba adalah malaikat
Yang datang dengan cahaya silaunya
Kau tidur berselimutkan salju dalam pangkuanku
Nan ku hangatkan dengan bara ku
Ku terkikis bagai bulan
Kau terang bagai bintang
Rusuk-rusukku kan kupatahkan
Tuk jadi serpihan-serpihan sayap-sayapmu
Tuk jadi malaikat sepertiku
Dan terbang kearah satu mata angin
Tak kubiarkan sedetik pun kan kulewatkan
Tak kubiarkan sedetik pun kan ku sia-sia kan
Hidup dan matiku hanya untukmu
Sang belahan hatiku
Sang belahan jiwaku
Sang belahan hidupku
Hidup dan matiku hanya untuk dirimu
Ku Datang Karena Tuhan
Tanah ini tanah haram
Tanah ini tanah suci
Ku tahu Engkau selalu ada untuk hamba
Hamba butuh Engkau
Tapi...
Engkau tak butuh hamba
Hamba datang karena Engkau
Demi surga kutaruhkan sang nyawa
Demi surga Kutaruhkan hati, jiwa, dan pikiran hamba
Deburan pasir panas menyelimuti insan ini
Tetesan keringat panas mengguyur hati ini
Kilatan petir menyambar jiwa ini
Jalan lurus-Mu
Telah hamba pijaki
Hamba kan mengembara di negeri ini
Negeri asing nan suci
Fery Ikwanudin. Umur 15 tahun. Aku lahir di Ngawi pada 21 Desember 2000. Aku sekolah di SMA Negeri 1 Ngawi. Alamatku berada di Dsn. Melikan, Ds Tempuran, Kec. Paron, Kab. Ngawi. Facebook: fb.me/ferycoichwanud Twitter: twitter.com/ferycoichwannud Instagram: instagram.com/ferycoichwannud

