PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Malam Sunyi Lubang Rindu
Hembusan angin mendesah pilu
Menembus lubang papan rindu
Terbelenggu kaku di sudut kamar
Menatap retak dinding kala hatiku
Ketika malam datang menghampiri
Bintang dan bulan pun beradu sinar
Beribu naungan merambat telinga
Membuat sedih menghampiri hati
Tercurah air mata dalam wadah kerinduan
Rindu lama yang tiada duanya
Membuat pikiran melayang tanpa arah
Seraya bertanya kapan kamu kembali
Kulangkahkan kaki menuju daun jendela
Menatap cakrawala langit semesta
Angin sepoi menemani diriku
Menunggu kamu yang entah datang kapan
Satu Nama Yang Tak Terlupakan
Sebelum mentari menyinari kehidupan
Sebelum rembulan menampakkan eloknya
Sebelum komet menyentuh atmosfer
Kasihmu padaku sudah tercipta
Kau lahirkanku dengan berjuta harapan
Melawan gelap tak peduli hidup
Kau beri nama nan indah pada diriku
Tanda cinta dan sayangmu untukku
Ketika menangis kau usap air mataku
Ketika kau menangis, kau hilang dari hadapanku
Mama, sayang dan cintamu padaku
Tulus dan wangi layaknya cintaku padamu
Kilau Kemilau Kotaku
Mentari merambat bangun dari tidurnya
Menuju puncak terang dunia
Mendorong tubuhku ke tepi laut
Menikmati langit dari pantulan kehidupan
Dikala mentari menuju tidurnya
Dan langit sore memancarkan eloknya
Mulailah pekerja menuju ladang harapan
Membawa cinta dan sjuta impian
Sahabat mentari terlihat setia mempercantikmu
Menarik langkah kakiku menikmati dirimu
Ria riuh bunyi berdawai mesra
Membuat luluh membisu akan dikau
Untuk Kamu, Masa Depanku
Ruang dan waktu sejenak berhenti
Saat kutatap matamu itu
Terasa darah mengalir bagai air
Dan jantung berdetak bagai kereta
Dirimu sungguh mempesona
Disaat kutidur kau dimimpiku
Saat kubangun, mimpiku masih membekas
Kuberdoa, tak ku lupa namamu
Nama termanis dalam hatiku
Dan di dalam hidup
Meski aku tak disampingmu
Kau tau aku selalu disisimu
Membuatmu tertawa dan senang
Menemanimu sedih dan menangis
Kutulis ini untukmu, cinta
Tak Akan Lagi
Langit menangis sedih meratap
Pun burung, bisu berkicau
Kilat berperang membelah gunung
Seperti hatiku terbakar amarah cinta
Berjuta tanda tanya kuhempaskan
Sehelai rambut pun tak menjawab
Terpaku, terluka, sakit, akan semua ini
Matahari seperti tak tampak lagi
Hidup tersesat dibawa arus deras
Terjebak kabut dalam labirin
Aku kecewa akan dirimu
Yang membuangku bagai sampah
Cukup sudah kurasakan
Hati sakit yang tak berujung
Tak lagi ku bodoh
Tuk mencintai dirimu lagi
