Puisi-Puisi Rini Destamayanti Basri

Ada, Hujanku, Mata, Senja

Ada, Hujanku, Mata, Senja
ilustrasi. (Claude Monet/en.wikipedia.org)

 

 
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Ada
 
Hanya merasa akan semua hal yang terjadi
Memikirkan semuanya tanpa pernah berhenti
Mencari apa yang tersembunyi
Menemukannya, menunjukkannya
Di sini, di sana, di manapun
Ada yang tak bisa terungkap
Tak terjamah akan segala bentuk keajaiban
Hanya terus ada dan tak tahu berawal dari mana
 
Memikirkannya membawa sebuah jalan
Terhampar panjang tak berujung
Menanti seseorang melaluinya lebih dulu dari siapapun
Menapaki tiap langkah yang akan ia buat
Memberi sebuah jawaban akan hal yang tak pernah terjawab
Memberi isyarat bahwa dibalik semuanya itu ada 
Sesuatu yang hanya bisa dirasa oleh hatimu
Diterima atas keyakinanmu
Tak butuh pembuktian wujud untuk membuat semua percaya
Untuk semua hal yang pernah terjadi, telah, dan akan terjadi
Sesuatu itu menggerakkannya
Tak terlihat mata dan hanya hati
Hanya perlu percaya bahwa Ia ada
Menunggu waktu untuk kembali menyatu bersamaNya
Kembali di mana semuanya berawal
 
 
 
Hujanku
 
Aroma tanah basah nan menghangatkan
Tetesan air bak melodi menyejukkan
Kepingan kenangan berlomba, bermunculan
Masa kecil bebas tanpa beban
Hingga masa dengannya yang pernah teristimewakan
Bukan kesedihan, tapi kebahagiaan
Hujanku tak sama
Hujanku tak membawa sendu
Ia membawa rindu
Yang menggelitik, tak menyesakkan
Hujanku membawa cerita
Bersama bulir-bulir kecilnya
Menumpuk kenangan dalam genangan
Kehadirannya justru membahagiakan
Karena ini hujanku
 
 
 
Mata
 
Tak ada yang buruk
Tak bercela, tak bercacat
Mata ini sempurna
Kadang terlalu memesona
Terlalu membingungkan
Misterius, menyimpan magis yang memikat
Namun, ia kalah
Mata ini terbenam di matanya
Menggerus semua hal yang tersembunyi di sana
Mata ini tak tahu berdusta
Ia dengan mudahnya menjadi murahan di hadapannya
Hanya padanya
Bahwa ia paham
Mata sang jendela hati
Yang terkunci rapat, yang tersembunyi
di gudang bawah tanah relung hati
tersibak dengan mudahnya
Hanya padanya
Hingga ia menjauh, memberi batas
Ada yang ditemukannya di sana
Yang berusaha ditenggelamkan sedalam-dalamnya
Ia menemukannya
Kenyataan menyakitkan
Yang hanya dirinya yang tahu
Yang jika diungkapkan mampu menghancurkan
Ia menemukan sebuah kenyataan bahwa kami tak bisa bersama
Sampai kapanpun tak akan bisa
 
 
 
Senja
 
Aku sama dengan senja
Penuh kesepian, kesedihan, kepiluan, perpisahan
Aku sama dengan senja
Penuh keremangan, pengharapan, ketertinggalan
Aku tergila-gila pada senja
Karena ia mampu membaca rasaku
Karena ia tahu apa susahku
Padanya aku bercengkerama
Sekalipun tak menjawab, ia menghadiahiku malam
Setiap kali kami berpisah
Senja tak sepenuhnya meninggalkanku
Tanpa berjanji pun, ia akan bersua denganku lagi
Tanpa lelah mendengarkanku
Karena senja adalah aku yang lain
Yang tak tahu menjerit dan hanya diam
Karena senja adalah sisiku yang lain
Yang terlihat indah, namun menyimpan kesuraman
 
 
Rin, nama pena dari Rini Destamayanti Basri, lahir di Bulukumba 14 Desember 1995, anak pertama dari dua bersaudara dan sedang menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jurusan Filsafat Agama. Hobi saya yang suka membaca novel, cerpen dan fanfiction, sejalan dengan hobi lainnya yaitu menulis, dimulai sejak duduk di bangku SMP. Saya juga bisa dihubungi via Facebook : Rinidesta Elf  atau Twitter : @ysungie
 


Berita Lainnya

Index
Galeri