Puisi-puisi Muh. Arham

Sajak Pohon, Membayangkan, Hal Baru yang Mesti Kujalani, dan 2 Puisi Lainnya

Sajak Pohon, Membayangkan, Hal Baru yang Mesti Kujalani, dan 2 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Katie Napiera/katienapierabstractartist.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Sajak Pohon
 
Aku tiba-tiba menjadi pohon. Ranting-rantingku dipermainkan angin. Tubuhku sebagiannya dibasahi percikan air dari jalanan berlubang yang dilewati kendaraan.
 
Apa menariknya menjadi sebuah pohon? Lampu-lampu jalanan, barangkali, menatap penuh dendam kepadaku. Dan besok pagi, mungkin aku akan ditebang petugas dari dinas kebersihan. 
 
Setiap malam aku menjadi saksi pertengkaran orang-orang yang mengaku saling mencintai. Lalu setelahnya, mereka berpelukan di bawah daun-daunku—saling mencuri ciuman.
 
Aku benci lampu supermarket di belakangku. Orang-orang datang menghabiskan tabungannya untuk merayakan kepalsuan. Mereka tidak sadar, sesekali aku butuh dipupuk.
 
Aku selalu ingin muntah dengan menggugurkan semua daunku. Aku juga butuh bernapas. Aku malu melihat tubuhku ditempeli bermacam-macam senyum beberapa warga kota. 
 
Di beberapa malam terakhir, aku berdoa kepada langit untuk menjatuhkan hujan dan angin. Aku ingin tumbang dan mati tanpa harus ditanya oleh malaikat. Atau mobil mewah datang menabrak tubuhku lalu melumurinya dengan darah dan alkohol.
 
Aku ingin kembali ke hutan dan menemui ibuku. Barangkali dia akan menyusuiku dan memelukku erat, lebih erat, dan sangat erat. Aku pun tidak ingin lagi menjadi manusia.
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri