Puisi-puisi Luthfiani Fitri Ramadhan

Hati yang Kau Campakkan, Hadiah Bayang-bayang, Kacu Hitam, Toga Masa Depan

Hati yang Kau Campakkan, Hadiah Bayang-bayang, Kacu Hitam, Toga Masa Depan
Ilustrasi. (Tatiana Bugaenko/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Hati yang Kau Campakkan
 
Hari demi hari telah ku lalui
Melangkahkan kaki dengan penuh ikhlas mengharap ridho sang Illahi
Merelakan bunga hati berlayar ke dermaga yang lain
Ketika sanubari hati menyatu dengan bayang – bayang taman impian di sore hari
Ditemani bunga – bunga mekar di pinggir kota
Tak jauh ketika paradigma cinta bertabur rasa pilu
Oh … indahnya …
Oh … indahnya … dunia kita …
 
Dulu …
Kau timang aku, ya … memang …
Dulu …
Kau puji aku, ya … benar …
Dulu …
Kau bela aku, ya … kau tak salah …
Saatnya kau pinang aku dengan qabul yang kau ucapkan …
tapi … mengapa ?
semua telah pudar, dengan hadirnya butir salju kelabu dalam hidupmu
 
Simponi kemercik mengeluarkan suaranya bak samudra lepas di laut biru
Tidakkah ada pintu yang kau pinang untuku saat ini ?
Dilema, rasaku saat ini
Menunggu adalah rutinitasku yang tak pasti
Seolah menggebu ditengah belantara kalbu
Tersesat di antara duri – duri maut akan kematian
Alangkah panjangnya tali penyatu itu.
 
Untuk duka yang kau lukis …
begitu indah dan sesak di hati
Berubah haluan memang duka,
asyiknya,
tapi … akankah ada jiwa yang tersakiti ?
 
Playen, Senin, 29 Agustus 2016, 12.00 WIB
 
 
 
Hadiah Bayang-bayang
 
Kala itu …
Datang sebuah asa yang tak pasti
memberi segenggam rasa yang basi
tak disangka, kehadiran datang dengan pucat pasi.
 
Membentengi diri dari nilai hak asasi,
tapi tidak berdasi
Memang tak pasti
Bahkan diri ini terbelenggu bau terasi.
 
Lihat di kaca gergaji
Semua pakai dasi
hasil – hasil irigasi hasilkan padi
hasil –hasil berintrograsi hasilkan proklamasi
mudah membalikkan hak asasi
untuk kami rakyat yang bersosialisasi.
 
Lihat gedung di Bunderan HI …
Gedung di Fatmawati
dan gedung di Setiabudi
Apakah itu hak asasi ?
Hasil proklamasi ?
Aaaah …
tentu tak pasti …
bahkan sudah basi …
melainkan hanya makan nasi dan terasi.
 
Kami mengabdi,
Kami memuji,
bahkan kami menghormati.
 
Tapi … janji ini … ?
Apakah menjadi sandaran untuk menaungi ?
 
Playen, Selasa, 30 Agustus 2016, 11.00 WIB
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri