Puisi-puisi Dian Luvia Adi Fatma

Secercah Kerinduan, Jejak yang Tabu, Resah, Bangsaku Bertahan dan Melawan

Secercah Kerinduan, Jejak yang Tabu, Resah, Bangsaku Bertahan dan Melawan
Ilustrasi. (Signe Hjemmet/resignert.blogspot.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Secercah Kerinduan
 
Udara dingin malam menerpa secara berlahan 
Tetesan air hujan menghujam tanah  dengan deras
Petir menyambar dengan gelap malam dicambuk oleh kilat
Ku bertanya pada malam yang kelam
Sedang apakah kau disana?
Sampai kapan ku menunggumu?
               Lewat angin ku menyampaikan salam kerinduan
               Kupejamkan mataku merasa dalam pelukanmu
               Meski aku tahu itu hanyalah bayangan dirimu
               Hangatnya belaian lembut dirimu 
               Namun itu hanya sekedar ingatanku belaka
Setiap hembusan nafasku bertanya
Kapan kau akan datang?
Kasih, tahukah kini aku telah ketakutan?
Ketakutan akan kerinduan yang tak berujung
Ketakutan akan cinta yang tak pernah terbalas
 
 
 
Jejak yang Tabu
 
Langit yang kemerahan berlahan menjadi gelap
Dibalik senja bayangmu semakin hilang
Kau berlayar menelusuri setiap debur ombak demi cita
Kini tinggalah beta seorang diri
Seiring dengan tenggelamnya mentari
Dengan sendu Kuayunkan kaki
Semakin jauh kaki melangkah
Semakin tertambat memori yang tersimpan
Kini jejak langkah mu telah hilang
Tergerus arus ombak yang menerjang
Meski jarak telah memisahkan harapan kita
Yakinlah Tali waktu kehidupan akan kembali menghubungkan kita
Mentari berlahan terbenam
Telah menutup pintu senja
Hati terasa semakin pilu akan kepergianmu kawan
Segeralah kembali
Maafkan akan ketidakmampuan sahabatmu ini
Semakin lama waktu kuarungi
Jejak kenangan yang kau tinggalkan kini tak terlihat lagi
Namun, percayalah keindahan itu akan tersimpan dalam memori
 
 
 
Resah
 
Kabut senja ini
Tak lagi membuatku resah
Hujan disore ini
Tak lagi membuat kulitku menggigil
Cinta yang kukenal
Telah mengubah musim di hatiku
Kasih sayang yang kudapat
Tak lebih dari setetes air tawar di laut biru
Sekilas wajah yang selalu terbayang
Yang hadir di setiap mimpiku
Tangan lembut yang menyentuhku
Harum yang selalu menghampiri
Menjadi teka-teki dalam hidupku
Serasa letih aku berjalan
Serasa aku berjalan di tengah labirin cinta
Ujungnya tak kunjung kutemukan jawaban
Di sepanjangnya hanyalah ada bayangan-bayangan menakutkan
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri