Puisi-puisi Redovan Jamil

Pahlawanku Raga Indonesiaku, Indonesiaku Patah Arang, dan 3 Puisi Lainnya

Pahlawanku Raga Indonesiaku, Indonesiaku Patah Arang, dan 3 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Dorina Costras/fineartamerica.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Pahlawanku, Raga Indonesiaku
 
Seragam loreng baluti raga pejalmu. Suara hati harap kibarkan sang saka. Merayap, menerjang, memburu musuh, hingga terpental tak bernyawa. Asat mensiasati. Berlumuran darah di raga tanpa gentar, harap  merdeka. 
 
Lontarkan martil, bom, serta peluru beterbangan di langit jingga. Gumpalan asap menggempul pada dada yang sesak. Bara semangat maju menjemput ibu pertiwi. Terjal bukit tak sua, dalam jurang tak rasa, desingan bedil tak dengar.
 
Bait doa di ujung sajadah. Mundur mati, maju mati said, menang harga mati. Mati, mati, maka matilah dalam perjuangan kemerdekaan. 
 
Pejuang, pejuangku gagah perkasa. Aliran darahmu seteguk dalam sabda. Ikrar sumpahmu menggema di jagad Indonesia. Kan kukenang, takkan kulupa, hingga kita bersua di surga.
 
Padang, 17 Agustus 2016
 
 
 
Indonesiaku Patah Arang
 
Tatap sang saka merah saga. Kibarmu di ujung cakrawala. Tarian, simak, dan selami rakyat yang derita. Ragam bahasa dan adat terbentang di jagadmu. Menyatu dalam pemukiman penuh desak, lapar, dan nista.
 
Sumilir angin menjelma badai. Menampar wajah yang gelap, habis akal, tidur tak lelap.
 
Bumi pertiwi satu dalam raga. Sejenak ubah pikir yang salah, meluruskan yang telah berkecamuk, menjajaki yang terjajah manisnya sapa. Membalikkan fakta menjadi permainan merdeka. Pangkat dan dasi pucuk kehakiman. Hingar-bingar politik partai jelmai setan. Rakyat tanggung segenap dosa, Tuhan tak lelap, tangis bayi menggetarkan kalbu. 
 
Wahai bapak penggengam Indonesia raya, akankah kemiskinan bertunas di tiang bendera sang saka?
 
Padang, 08 Agustus 2016
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri