PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Jika Aku Harus Membaca
Jika aku harus membaca
Aku akan membaca langit tembaga di utara Barito
Huruf demi huruf harapan masyarakat
Menjadi rangkaian kalimat berduri yang keramat
Dan airmata tersusun di setiap paragraf
Ini kitab kematian bersampul emas yang patut dipelajari
Aku membaca hutan
Yang hilang perawan
Membaca sumber air kehidupan
Yang penuh bisa mematikan
Membaca pegunungan
Yang perlahan jadi mangkuk sarapan
Membaca ekspansi perusahaan
Yang lincah mendirikan kerajaan
Kerajaan dimana alam jadi altar untuk membangkitkan kekayaan
Aku membaca tanah bumi Kalimantan
Di setiap kepedihannya ada kepentingan
Di Sela-sela daun berguguran muncul tawa yang kejam
Dari lubang-lubang tambang
Bergentayangan mimpi buruk yang beraneka ragam
Segolongan orang memakai mahkota bertahta berlian
Sementara yang lain berselendang kemiskinan
Aku membaca sorot –sorot mata kecil yang layu
Tatkala menatap jembatan rapuh masa depan
Mereka para generasi tak berdaya
Jika suatu saat mereka angkat bicara
Lidah mereka akan jadi kemarau kata
Kerena segala hal sudah dibeli
Tak terkecuali kepedihan dan luka mereka pun dibeli!
Di bawah langit yang nampaknya sama
Aku terus membaca
Terus memahami arti biru bumantara dan hijau belantara
Sampai kutemukan indahnya dari sepotong cerita
Tentang kemakmuran dan senyum madu warga pribumi
Tentang sahut kicau burung di pepohonan
Tentang tarian batang-batang rotan
Dan tangkai-tangkai padi yang menyimpan impian
Oh Tuhan…
Jika aku harus membaca…
Maka aku tidak akan pernah lupa
Dan bersaksi kepada semesta
Betapa mengerikannya taring-taring kekuasaan
jika menuliskan luka dan air mata
Betapa sengsaranya bumi
Bila nafasnya terus tersedak materi
Oh Tuhan
Jika aku harus membaca....
Kedua bola mataku tak akan pernah buta
Membaca setiap pristiwa
Menerjemahkan semua lara
Muara Teweh, Kalimantan Tengah
Juli 2016