Puisi-puisi Taufik Uzumaky

Jika Aku Harus Membaca, Perahu Bangsa, Orang-orang Lapar

Jika Aku Harus Membaca, Perahu Bangsa, Orang-orang Lapar
Ilustrasi. (John Michael Byrd/johnmichaelbyrd.tumblr.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Jika Aku Harus Membaca
 
Jika aku harus membaca
Aku akan membaca langit tembaga di utara Barito 
Huruf demi huruf harapan masyarakat  
Menjadi rangkaian  kalimat berduri yang keramat 
Dan airmata tersusun di setiap paragraf 
Ini kitab kematian bersampul emas yang patut dipelajari
 
Aku membaca hutan  
Yang hilang perawan 
Membaca sumber air kehidupan 
Yang penuh bisa mematikan 
Membaca pegunungan 
Yang perlahan jadi mangkuk sarapan 
Membaca ekspansi  perusahaan 
Yang lincah mendirikan kerajaan 
Kerajaan dimana alam jadi altar untuk membangkitkan kekayaan 
 
Aku membaca tanah  bumi Kalimantan  
Di setiap kepedihannya ada kepentingan 
Di Sela-sela daun berguguran muncul tawa yang kejam 
 
Dari lubang-lubang tambang  
Bergentayangan mimpi buruk yang beraneka ragam 
Segolongan orang memakai mahkota bertahta berlian  
Sementara yang lain berselendang kemiskinan
 
Aku membaca sorot –sorot mata kecil yang layu 
Tatkala menatap jembatan rapuh masa depan 
Mereka para generasi tak berdaya 
Jika suatu saat mereka angkat bicara 
Lidah mereka akan jadi kemarau kata 
Kerena segala hal sudah dibeli 
Tak terkecuali kepedihan dan luka mereka pun dibeli!
 
Di bawah langit yang nampaknya sama 
Aku terus membaca 
Terus memahami arti biru bumantara dan hijau belantara  
Sampai kutemukan indahnya dari sepotong cerita 
Tentang kemakmuran dan senyum madu warga pribumi
Tentang sahut kicau burung di pepohonan 
Tentang tarian batang-batang rotan 
Dan tangkai-tangkai padi yang menyimpan impian   
 
Oh Tuhan…
Jika aku harus membaca…
Maka aku tidak akan pernah lupa  
Dan bersaksi kepada semesta 
Betapa mengerikannya taring-taring kekuasaan 
jika menuliskan luka dan air mata 
Betapa sengsaranya  bumi
Bila nafasnya terus  tersedak materi  
 
Oh Tuhan 
Jika aku harus membaca.... 
Kedua bola mataku tak akan pernah buta
Membaca setiap pristiwa 
Menerjemahkan semua lara  
 
Muara Teweh, Kalimantan Tengah 
Juli 2016 
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri