PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Arah Pulang
Derum nafas terengah
Kedua tangan tertadah
Wajah pilu tajam searah
Mendongkrak raga kian tertatah
Lumuran dosa kian memuncak
Menyayat sembilu hati terhenyak
Teriris bagai tercabik pisau
Gelap bagai cahaya temaram
Menemukan satu bayang pasti
Diantara seperempat jalan itu
Jejeran lilin dalam gelas kaca
Tertembus asap berbisik pekik
Kekasih yang terlupakan
Tetap setia hingga jiwa terpisah
Sampai kembali kepangkuan-Nya
Bait-bait itu masih terasa, bercengkrama
Ponorogo, 20 Agustus 2016
Warna Irama Semesta
Kuning cahaya mentari
Membawa kehangatan
Diantara celah-celah
Rerimbunan pohon menjulang
Batu berselimut guguran ranting
Daun jatuh melayang gemulai
Bau lumut basah
Mutiara asri belum tercampuri
Derasnya air mengalir
Menjajaki not-not irama
Meciptakan nyanyian alam
Tanda ketenangan
Semilir angin berhembus
Menyibakkan urat-urat nestapa
Menggotong petikan harmoni
Terdengar sayup nan kekal
Ponorogo, 19 Agustus 2016
Ketika Ranting Rapuh
Cucuran air mata
Jari bergetar
Pundak terangkat
Mata terbelalak
Kekejaman para penguasa
Seperti pagar menancap tanah
Ranting rapuh tertindas batu
Permata buram tersimpan rapat
Hingar bingar kemewahan
Terpatri sikap takabur
Secuil senyum sinis
Mereka lupa akan siapa dirinya
Seolah emas setara pasir putih
Seakan mutiara sepadan kerikil
Bagai keinginan tinggal menunjuk
Dan ketika ranting rapuh
Terinjak hancur, terabaikan
Ringkih dan terbuang
Ponorogo, 20 Agustus 2016