DARI TAJAM DAN KILAU MATAMU
dari tajam dan kilau matamu
tidak sedikit pun harus kuingkari
dalamnya dan luasnya laut hatimu
dan kukemas kerikil rindu yang tercecer
di pelabuhan tanjung intan
hingga kau pun terkenang segala duka-cintaku
padamu, auh, kukemas kerikil rindu!
dan asin laut apa lagi yang ingin kaucecap
laut mana lagi yang hendak kauarungi
bukankah sudah kuberikan seluruh gemuruh lautku
seluruh gelora dan gelombang
juga karang-karang, pasir-pasir, perahuku
lengkap dengan darah dan keringat
dan puisi yang menenggelamkan bulan dan matahari
dalam tarikan napas kasih yang panjang
yang sangat menggairahkan!
Cilacap, 17 Maret 2016
PANTURA DINIPAGI
pantura dinipagi; bis dan truk seperti berlomba
memburu waktu ke tujuan yang berbeda
ke kesunyian masing-masing
ke keperihan dan ke kepahitan jalan hidup masing-masing
sedang apakah diri seorang kekasih?
mungkin tengah lelap tertidur
bermimpi tentang rindu yang pecah
dihantam dingin dinipagi
di keperihan dan pahit jalan hidup
yang harus ditempuh
yang harus direngkuh
o. pantura dinipagi, izinkan aku lewat
menuju cirebah untuk kembali memeras keringat
membanting tulang dan bercinta dengan puisi!
Cirebon, 16 Maret 2016
DI JEMBATAN SITI NURBAYA
di jembatan siti nurbaya
aku bukan datuk maringgih
aku hanya pengembara yang rindu kampung
dan ziarah ke makam ibu, di tunggul hitam
aku ingin menulis puisi sederhana untuk kekasih
puisi sederhana
untuk kekasih!
di jembatan siti nurbaya; lelahku
menjerat matahari, melayari muara
: kasih abadi!
dan
bertarung dengan kata-kata
sepanjang usia
menjadi penyair bukan tujuan
menjadi penyair adalah karunia Tuhan!
Padang, 15 Maret 2016
MENGEMAS KEBERANGKATAN SENJA
untuk mengemas keberangkatan senja
kita punya desah masing-masing
punya rasa sakit dan senang yang tidak sama
punya kecemasan dan harapan yang berbeda
chin, sudah semesra dan sebenci apa
engkau mengemas keberangkatan senja?
airmatamu bukankah sudah begitu kering
dan aku hanya punya tangan yang selalu saja
gemetar setiap memelukmu
lalu hati senja serupa apa yang abadi pada hari-harimu?
aku selalu saja senang bila melihatmu tertawa
akan hal-hal unik atau lucu ketika kita perbincangkan
tertawa terpingkal lalu beberapa saat kemudian dirimu
serupa menjelma seorang guru spiritual
aku begitu tolol dan takjub di hadapanmu
: jangan kaulambungkan mimpi seseorang
bila akhirnya kauhempaskan kaubiarkan
kembalilah ke ujung selat
lengkung pelangi jatuh ke karang hatimu.
Padang, 10 Maret 2016
DI BAWAH GERHANA MATAHARI
kota padang dengan pagi yang terasa lebih panjang
udara selalu terasa panas
sisa kantuk menggantung di beranda rumah
langit setengah mendung
dan sunyi membelukar!
di bawah gerhana matahari, di tunggul hitam
pusara ibu dan nenekku
kubaca puisi paling indah—
ya Allah berilah kenyamanan dan kebahagiaan abadi
untuk ibuku, untuk nenekku
ya ibuku, ya nenekku, aku hanya punya puisi
hanya punya puisi!
Padang, 9 Maret 2016
STASIUN PURWOKERTO
di stasiun purwokerto, sunyi dalam gaduh
orang menunggu
orang berangkat
kereta singgah
kereta berangkat
: hidup serupa gerimis malam
membasahi luka dan harapan
serupa cerita usang di bangku sudut stasiun
dingin dan membeku!
sudah kutinggalkan stasiun
orang-orang bergegas
dengan pikiran dan kepentingan masing-masing
aku berangkat ke bandara
lagi; sunyi dalam gaduh
jakarta begitu tidak mengenalku
: aku larut dalam kerinduan pada ibu
pada ibu, pada ibu dan sanak saudaraku
juga pada gulai kepala ikan
dan pada sate padang!
Purwokerto/Jakarta, 7/8 Maret 2016
