DI KAMAR SEBELAH
: ali satri efendi
di kamar sebelah itu
susi terlentang dengan rindu di kutangnya
bantal guling diapitnya sampai tertidur
air liurnya wangi misk tanah mesir
matanya adalah perempuan jordania yang singset
apakah kau akan menidurinya malam ini
atau hanya akan melihat betis mulusnya tersingkap
di rajam dingin dan angin musim
cicak hanya tertawa melihatmu seperti lelaki impoten
mondar mandir mencari cara, agar susi tetap tabah dengan hawa nafasnya
ini kesekian kali kau hanya melihatnya tanpa menyentuh
"haruskah aku bangga padamu"
sedang kau hanya lelaki yang setiap malam hanya kerja
dan pulang tanpa pernah memikirkan ranjang dan isinya
atau tak sedikitpun kau tahu betapa keringnya dadaku
di kamar sebelah itu
susi terlentang dengan handuk yang masih melilit
dia menangis sepanjang malam
impiannya sirna untuk menjadi lukisan
atau hanya wanita khayalanmu yang tak pernah ada tapi nyata
Pulosirih, 2015
MINYAK RAMBUT PERINDU
: khuzaimah
ada jalan menuju matamu # bintang bulan enggan bertemu
di malam yang mulai cemas # gelap lindap lalu tandas
di barat entah cinta apa # pertanyaan terus meraba
apakah matinya hatimu harakat # atas cintaku yang terus bertirakat
engkau dari barat kembali ke barat # aku dari timur bukanlah penikmat
di mana rindu berpasangan dan tuli # datang dan pergi sesuai janji
aku usapkan pada rambutmu # secuil dari apa yang telah di restu
kau lupa akan pulang pada ibumu # menyapu halaman rumah yang berdebu
tidak makan hanya untuk obat rindu # aku lupa dan papa akan segala ilmu
sampailah aku menjadi lelakimu # yang menikah dengan perempuan palsu
yang lahir dari sebuah niat # yang salah dan kiamat
2015
MUSIM YANG BAIK
: imah
ini musim baik untukmu, semesta telah mengabarkannya untuk doa
bila senja mengusikmu datang, lelaki perkasa itu adalah aku yang merajam rindu sekejamnya
pada jantungnya sendiri hingga darah belum apa-apa sebagai bukti
cinta adalah buta dan tuli, bukankah matamu mataku mengajarkan
bagaimana melawan keabadian dan sulitnya merawat sakit untuk kenangan
aku lupa yang sedang jatuh cinta pada ketiadaan dan ada
seiring dongeng sebelum tidur itu mengembara di telinga mimpi
aku adalah abad yang belajar pada masa lalumu
di jengkal nafas itu bukan akhir yang aku takutkan
namun jurang putih yaang menggapai langit lebih dulu tengah
aku tuaskan sebagai bejana rindu
di musim yang baik ini, tiada kata sedih meringkas puisi
dan potongan kangen tertinggal dan lupa
yang ada hanyalah rencana tuhan dan doa
untuk tetap lunas membayar kematiannya sendiri
untuk sebuah jalan yang terus mendaki dan tinggi
2015
BELENGGU SUKMA
; anom
bisakah airmata ini pulang ke matamu
sedang hari berlari ingin bertamu
menemuiku sehabis hujan mengguyur deras
membalas musim sebelum berkemas
tidak usah kau belenggu aku di matamu
bicaralah walau sekata kau mampu
aku ingin kita bersepeda menemukan puisi
sebelum kau pergi dengan kalung belati
aku ingin kita kembali pulang
ke timur adalah tujuan perang
dengan hidup yang mulai gersang
oleh bara puisi yang terus terbuang
jangan katakan ini adalah rayuan
sebab aku bukan penyair yang cemburuan
jika salah aku ingin dimaafkan
mari pulang ke pangkuan doa impian
2015
JALESVEVA JEYAMAHE
di anambas angin berkhat wangi garam
kepulangan kapal-kapal melembut ke dermaga
palawija dan rempah menggulai nusantara
di barat flores dan sumbawa, bima menyuarakan serak kuasa
membawa hujan kelemahan di tanjung jauh dari kebangkitan
"inilah bekas bendera angkatan laut Bima" lantang Maryam
bendera lusuh, nyaris tanpa penghuni terpasung di dinding-dinding museum asi mbojo
hingga ke manggarai, aku melihatmu dalam peta tanpa arah dan titik-titik kembalinya kemerdekaan yang tumbang mendupai angin timurnya tanah tambora
menjelmalah gowa atau amanna gappa yang tetap bernahkoda menjadi langit bagi pelayaran semesta laut garamnya sendiri
antek-antek belanda berdatangan seperti semut rang-rang menancapkan kekuasaan
"tambora untukmu, manggarai untukku"
tanah ini adalah nenek moyang di negerimu sendiri
jangan mundur, sebab baharimu adalah hidup menuang doa doa yang telah usai di ucap tandaskan para pendatang untuk setia
di pelabuhan kecil yang tak lagi membuat kapal-kapal gagah juga jauh dari gambaran masa lalu yang tak bisa kita ajak bicara
aku menulismu dengan suara puisi
yang terus lantang menyuapi wanginya para nabi
2015
KOLAM AIRMATA IBU
padamu ibu, luruh segala doa
surga dan airmata adalah cinta
cinta dan airmata adalah permata
hanya di kolam airmatamu aku belum tuntas membalas keringat
yang setiap hari menetes di kediaman doamu yang paling dalam
sedalam airmata air hajar di saat ismail kehausan
di padang pasir kota-kota keterasingan
bandung, 2015
