Puisi-puisi Kurliyadi

Puisi-puisi Kurliyadi
Ilustrasi. (bibor.org)
DI KAMAR SEBELAH
: ali satri efendi
 
di kamar sebelah itu
susi terlentang dengan rindu di kutangnya
bantal guling diapitnya sampai tertidur
air liurnya wangi misk tanah mesir 
matanya adalah perempuan jordania yang singset
 
apakah kau akan menidurinya malam ini
atau hanya akan melihat betis mulusnya tersingkap 
di rajam dingin dan angin musim
 
cicak hanya tertawa melihatmu seperti lelaki impoten
mondar mandir mencari cara, agar susi tetap tabah dengan hawa nafasnya
ini kesekian kali kau hanya melihatnya tanpa menyentuh
 
"haruskah aku bangga padamu"
sedang kau hanya lelaki yang setiap malam hanya kerja
dan pulang tanpa pernah memikirkan ranjang dan isinya
atau tak sedikitpun kau tahu betapa keringnya dadaku
 
di kamar sebelah itu
susi terlentang dengan handuk yang masih melilit
dia menangis sepanjang malam 
impiannya sirna untuk menjadi lukisan
atau hanya wanita khayalanmu yang tak pernah ada tapi nyata
 
Pulosirih, 2015
 
 
 
MINYAK RAMBUT PERINDU
: khuzaimah
 
ada jalan menuju matamu # bintang bulan enggan bertemu
di malam yang mulai cemas # gelap lindap lalu tandas
di barat entah cinta apa # pertanyaan terus meraba
apakah matinya hatimu harakat # atas cintaku yang terus bertirakat
 
engkau dari barat kembali ke barat # aku dari timur bukanlah penikmat
di mana rindu berpasangan dan tuli # datang dan pergi sesuai janji
 
aku usapkan pada rambutmu # secuil dari apa yang telah di restu
kau lupa akan pulang pada ibumu # menyapu halaman rumah yang berdebu
tidak makan hanya untuk obat rindu # aku lupa dan papa akan segala ilmu
 
sampailah aku menjadi lelakimu # yang menikah dengan perempuan palsu
yang lahir dari sebuah niat # yang salah dan kiamat
 
 
2015
 
 
 
MUSIM YANG BAIK 
: imah
 
ini musim baik untukmu, semesta telah mengabarkannya untuk doa
bila senja mengusikmu datang, lelaki perkasa itu adalah aku yang merajam rindu sekejamnya 
pada jantungnya sendiri hingga darah belum apa-apa sebagai bukti
 
cinta adalah buta dan tuli, bukankah matamu mataku mengajarkan
bagaimana melawan keabadian dan sulitnya merawat sakit untuk kenangan
 
aku lupa yang sedang jatuh cinta pada ketiadaan dan ada
seiring dongeng sebelum tidur itu mengembara di telinga mimpi
 
aku adalah abad yang belajar pada masa lalumu
di jengkal nafas itu bukan akhir yang aku takutkan 
namun jurang putih yaang menggapai langit lebih dulu tengah 
aku tuaskan sebagai bejana rindu
 
di musim yang baik ini, tiada kata sedih meringkas puisi
dan potongan kangen tertinggal dan lupa
yang ada hanyalah rencana tuhan dan doa 
untuk tetap lunas membayar kematiannya sendiri 
untuk sebuah jalan yang terus mendaki dan tinggi
 
2015
 
 
 
BELENGGU SUKMA
; anom
 
bisakah airmata ini pulang ke matamu
sedang hari berlari ingin bertamu
menemuiku sehabis hujan mengguyur deras
membalas musim sebelum berkemas
tidak usah kau belenggu aku di matamu
bicaralah walau sekata kau mampu
aku ingin kita bersepeda menemukan puisi
sebelum kau pergi dengan kalung belati
 
aku ingin kita kembali pulang
ke timur adalah tujuan perang
dengan hidup yang mulai gersang
oleh bara puisi yang terus terbuang
 
jangan katakan ini adalah rayuan
sebab aku bukan penyair yang cemburuan
jika salah aku ingin dimaafkan
mari pulang ke pangkuan doa impian
 
2015
 
 
 
JALESVEVA JEYAMAHE
 
di anambas angin berkhat wangi garam 
kepulangan kapal-kapal melembut ke dermaga
palawija dan rempah menggulai nusantara
 
di barat flores dan sumbawa, bima menyuarakan serak kuasa
membawa hujan kelemahan di tanjung jauh dari kebangkitan
"inilah bekas bendera angkatan laut Bima" lantang Maryam
bendera lusuh, nyaris tanpa penghuni terpasung di dinding-dinding museum asi mbojo
 
hingga ke manggarai, aku melihatmu dalam peta tanpa arah dan titik-titik kembalinya kemerdekaan yang tumbang mendupai angin timurnya tanah tambora
 
menjelmalah gowa atau amanna gappa yang tetap bernahkoda menjadi langit bagi pelayaran semesta laut garamnya sendiri
 
antek-antek belanda berdatangan seperti semut rang-rang menancapkan kekuasaan
"tambora untukmu, manggarai untukku"
 
tanah ini adalah nenek moyang di negerimu sendiri
jangan mundur, sebab baharimu adalah hidup menuang doa doa yang telah usai di ucap tandaskan para pendatang untuk setia
 
di pelabuhan kecil yang tak lagi membuat kapal-kapal gagah juga jauh dari gambaran masa lalu yang tak bisa kita ajak bicara 
aku menulismu dengan suara puisi
yang terus lantang menyuapi wanginya para nabi
 
2015
 
 
 
KOLAM AIRMATA IBU
 
padamu ibu, luruh segala doa 
surga dan airmata adalah cinta
cinta dan airmata adalah permata
hanya di kolam airmatamu aku belum tuntas membalas keringat
yang setiap hari menetes di kediaman doamu yang paling dalam
sedalam airmata air hajar di saat ismail kehausan 
di padang pasir kota-kota keterasingan
 
 
bandung, 2015
 
 
 
 
Kurliyadi lahir di kepulauan Giligenting Sumenep Madura, salah satu alumni pondok pesantren Mathali’ul Anwar Pangarangan Sumenep, menulis karya sastra berupa puisi, cerpen, novel, roman, pantun ,esai dan lainlain.dalam dua dua bahasa (Indonesia dan Madura) beberapa karyanya juga pernah dipublikasikan di media massa seperti “Kuntum,Radar Madura (Jawa pos), Waspada, Buletin Jejak, Banjarmasin Post, Radar Bekasi, Sastra Mata Banua, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Harian Cakrawala Makassar, Jogja Review,Post Bali, Majalah Infitah, Radar Surabaya, Rima News,Malang post, Analisa medan, Padang Express, Minggu Pagi, Buletin santre pangarangan, Koran Madura,Harian Fajar Sumatera, DinamikaNews, Persada Sastra, Harian Fajar Makassar,Buletin Kanal  juga aktif di Forum Sastra Bekasi (FSB) Antologi bersamanya terkumpul dalam antologi Puisi Untuk Padang (2011) Nyanyian Langit (Ababil 2006) Nemor Kara (Balai Bahasa Surabaya 2006) Ayat Ayat Ramadhan (Kisah Inspiratif Ramadhan AG. Publishing 2012) Selayang Pesan Penghambaan ( Pustaka Nusantara 2012 )Dialog Taneyan Lanjhang (Majlis Sastra Madura 2012) Mengabadikan Keajaiban Dekapan Hangat Kasih Sayang Ibu (JPIN 2012)Indonesia Dalam Titik 13 (Lintas Penyair Indonesia, 2013) Jejak Sajak di Mahakam (art.lanjong foundation, 2013) Kepada Bekasi (Forum Sastra Bekasi 2014) Solo Dalam Puisi (Festival Sastra Solo 2014) Tifa Nusantara (TKSN 2014) Goresan-goresan Indah Makna Kasih Ayah Bunda (2014) Senarai Diksi (Pena House 2014) LumbungPuisi Sastrawan Indonesia (Jilid II 2014) Jalan Cahaya Jilid II (KSI 2014) Jaket Kuning Sukirnanto (KSI 2014) Sang Peneroka (Gambang Yogyakarta 2014) Lentera Sastra II (Antologi puisi lima negara 2014) Merangkai Damai (APPN, Nittramaya 2015) Dalam Remang Kumengejar Mimpi  (KOMCIBA, Pena House 2015) Saksi Bekasi (Forum Sastra Bekasi 2015) Sajak Puncak (Forum Sastra Bekasi 2015) Nun (2015). Sekarang berdomisili di Alamat Jl. Pemuda Raya RT. 003 RW. 005 No. 77 Kelurahan Kranji Bekasi Barat.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri