Mengenal Sosok Pak Mujirun, Sang Pelukis Mata Uang Rupiah

Mengenal Sosok Pak Mujirun, Sang Pelukis Mata Uang Rupiah
Pak Mujirun.
JAKARTA - Siapa sangka sehari-hari kita dengan tanpa sengaja telah menikmati hasil karya-karya dari seorang seniman bernama Pak Mujirun. Sosok inilah yang telah melukis gambar-gambar di mata ang rupiah.
 
Ya, mulai dari gambar Pattimura di uang seribu rupiah, Gadis Penenun di uang Rp5.000,- sampai dengan gambar Presiden RI Pertama Ir. Soekarno, bahkan pemandangan alam indah di bagian belakang rupiah pak Mujirun juga yang melakuannya.
 
Pak Mujirun, seperti dilansir Hai Online dari Efenerr, menyebut profesi yang digelutinya ini adalah Engraver atau bahasa mudahnya sang pengukir gambar. Bukan ukir gambar sembarangan karena Pak Mujirun adalah engraver bagi uang-uang kertas yang dicetak Peruri.
 
Jika mencorat-coret mata uang jadi rupiah dengan sembarang adalah gampang justru melukis untuk uang kertas sebelum mereka jadi adalah perlu usaha yang keras. Pak Mujirun harus menggunakan suryakanta (kaca pembesar) saat melukiskannya. Hal ini semata-mata agar skala lukisan satu dengan lukisan lainnya seragam. Ia juga harus memastikan setia permainan garis-garis tipis yang ditorehkan pada karyanya.
 
Belajar Engrave
 
Sebagai pelukis profesional, Pak Mujirun telah mendapatkan pendidikan formal dari Sekolah Seni Rupa Yogyakarta. Menjadi Engraver spesial mata uang rupiah, ia sebelumnya telah mengikuti seleksi di Peruri untuk menjadi calon engraver menggantikan engraver senior sebelumnya. Dari sekian banyak yang diseleksi, Pak Mujirun lolos dengan 3 orang lainnya, setelah melalui tahap akhir ia pun olos menjadi satu-satunya calon engraver di Peruri.
 
Tidak sampai situ, setelah lolos, ia masih harus diberangkatkan ke Italia untuk belajar lagi soal engrave dan terus melanjutkan pendidikan ke Swiss untuk belajar engrave standar mata uang.
 
Engrave bagi mata uang adalah salah satu pengaman mata uang setiap negara, sehingga perlu dibuat serumit mungkin namun tetap menghasilkan gambar yang realistis. Proses kerja Pak Mujirun adalah menggambar di atas pelat baja, kemudian beliau ukir gambar-gambar mata uang yang sudah digambarnya itu ke plat bajanya. Pak Mujirun harus melakukannya perlahan, garis demi garis, teliti dan tidak ada kesalahan.
 
Proses pembuatan yang menghabiskan waktu berbulan-bulan tersebut tidak mudah, Pak Mujirun harus mengukir pelat baja dengan alat ukir khusus berujung mirip huruf V, komposisi gambar seperti gelap terang, bayangan, hingga lukisan tersebut berdimensi dibedakan dengan ukiran-ukiran garis pada pelat baja tersebut. Proses ini tidak boleh salah sedikitpun, karena jika ada kesalahan berarti master cetakan itu rusak dan Pak Mujirun harus mengulang lagi proses engrave itu dari awal. Bisa dibayangkan tingkat ketelitian dan presisi hasil kerja Pak Mujirun tersebut.
 
Rahasia Pak Mujirun
 
Pak Mujirun membeberkan rahasianya, berlatih menggambar menurutnya melatih kepekaan rasa. Itulah kunci sukses Pak Mujirun, dengan terus berlatih dan mengolah rasa. Semua gambar yang ia buat adalah kumpulan-kumpulan arsiran garis yang kemudian bersatu membentuk gambar utuh. Pak Mujirun mencontohkan, ketika dia hendak membuat mata, dia membuat lingkaran dahulu sebagai pola awal. Kemudian dia membuat arsir, garis-garis kecil untuk membentuk mata, membuat mata tampak berdimensi dan akhirnya menghasilkan satu gambar mata utuh.
 
“Latihan saya begini ini dek, nggambar orang kapan saja, saya bawa buku kecil begini, gambar. Ini contohnya, pas saya gambar orang ngaji,” ucapnya ramah.
 
Dulu selain menjadi engraver, Pak Mujirun juga pernah menjadi pelukis lepas. Karya-karyanya dihargai tinggi karena tingkat kerumitan yang tinggi. Contohnya gambar Presiden SBY yang gambarnya bisa kamu lihat di bawah ditaksir senilai Rp 25 juta. Nilai itu wajar karena proses pembuatan lukisan dengan metode arsir ini butuh waktu lama dan ketelitian tinggi. Untuk 1 potret wajah seukuran A4 lama pengerjaannya adalah 1 bulan.
 
Pensiun dan Penerus?
 
Kini Pak Mujirun sudah pensiun dari Peruri, menikmati hari tua di bilangan Ciledug dengan melukis dan berbagi ilmu kepada siapapun. Jika dianalogikan Pak Mujirun sudah mencapai tahap Pandhita, menyepi dari riuh duniawi dan membagi ilmu.
 
“selepas saya pensiun dari Peruri masih ada 4 (gambar), cuma yang bisa ngukir gambar di pelat baja kayaknya cuma saya, tapi saya yakin pasti akan ada penerusnya” Jawabnya dengan senyum khas dan logat jawanya yang ramah. (max/hai)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri