Perempuan yang Ingin Menulis Puisi
seorang perempuan mengeluhkan dirinya yang selisih
cintanya terhadap suara abdi telah dikhianat sepi
dinasehatkan oleh penunggu waduk arus rimba:
kau tak pernah cukup gelisah untuk menggubah puisi
sebab duniamu ialah tembang suri kelopak-kelopak melati
betapa manja kisar dunia yang kaurajut!
padahal sudah sering juga ia petuahkan di rumah api
bahwa puisi takkan pernah menjadikan
dirinya benar-benar manusia
2015
Pengarang Sepi
pengarang itu membaca perawakannya di setumpuk buku
di sana bagian demi bagian tubuhnya terbaca
bergerak dari ujung ke pojok akhir
dari paragraf ke paragraf
pengarang itu tak jua ingin tertidur barang sebentar
ketika di mana jelijih kaum pendengkur
telah membetuk rupa di pembaringan
pengarang itu merasa kehilangan jejak di atas catatannya
padahal selang berjeda sekali lamunan dalam kisaran
sudah sejak lama ia ingin menjala seorang kekasih
yang sebenarnya bisa saja lahir
dari tuts-tuts keyboardnya
atas sepinya
atas igauannya
atas kesendiriannya
2015
Pengarang Terusir
tiada seorang pun yang tahu, bahkan cecah bumi
mengenai apa yang dikeluhkan oleh pengarang itu
ketika di mana kata-katanya sudah tak bersedia
lagi dengan lapang menerbitkan teluh mata hujan
ia selalu ingin menafsirkan
keheningan dengan sebijaknya
tetapi larik-larik puisinya justru mengelak
ketika ingin diselusupi kecengengan si pengarang
sebab hidup, ujarnya
mencari kebahagiaan sendiri
di celah bilik-bilik sunyi
2015
Semut Kecil
semut kecil seumur ganggang cangkir diterkam sepi
mencari ibu yang lemas di dalam dasar geladak kopi
atau ibu sekadar menyelam
-ia tak pernah tahu dan tak pernah berjawab-
semut kecil itu sibuk mondar-mandir
mencari ibu yang direnggut takdir
2015
Imam Budiman, Pegiat Kajian Sastra Komunitas Rusabesi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peraih terbaik pertama kategori cerita pendek, Event Aruh Sastra 2015 ke-XII, Martapura, Kalimantan Selatan.