Cerpen Teenlit Nasrul M Rizal

Lepas dari Jerat Tipu Daya

Lepas dari Jerat Tipu Daya
Ilustrasi. (Melanie Authier/booooooom.com)
KAU datang semaumu dan pergi sekehendakmu. Datang menawarkan senyuman. Membawa janji kebahagiaan. Mengikrarkan kesetiaan. Nyatanya senyuman itu berubah menjadi tangisan. Tangisan penyesalan, menyesal menerima tawaran itu. Janji kebahagiaan hanya sebatas mimpi. Setia tak lebih dari sekedar ilusi.
 
***
 
Kau selalu memberi kejutan-kejutan yang mampu membuatku meleleh. Memberi semua yang aku inginkan. Canda, tawa, senyuman, hingga kebahagiaan tak luput dari hari-hariku. Ratusan hari terlewati sempurna bertemankan kebahagiaan.
 
“Yang, main yuk.”
 
“Main ke mana, Yang?” tanyaku.
 
“Ikut saja, aku jamin pasti menyenangkan.” Kau membuatku penasaran.
 
Tanpa diminta dua kali, aku ikut denganmu. Menikmati kerlap-kerlip lampu ibu kota. Bintang di langit berkumpul, menghibur bulan yang sedikit murung, yang tak mau bersinar sempurna. Aku memelukmu erat, takut betul dengan kecepatan motor yang kau kendarai. Tapi entah kenapa aku menyukainya. Meliak-liuk di antara mobil yang berbaris seperti semut, bedanya, barisan mobil tidak beraturan. Kau memaksa kuda besi ini berlari kencang saat lepas dari kemacetan. Lupa kalau bahaya setiap detik mengancam.
 
Tepat di depan gerobak mie ayam yang terhimpit keriuhan ibu kota, kuda besi ini berhenti. Kau menyuruhku turun. Menyebalkan. Padahal aku ingin menikmati perjalanan ini, lebih lama lagi. Aku tidak mengerti, kenapa pula kita harus datang ke tempat ini. Bukankah biasanya kita menikmati malam di cafe yang romantis.
 
Aku menatapmu, meminta penjelasan.
 
“Tempat ini sangat bersejarah bagiku,” kau berbicara seakan tahu ada pertanyaan yang tersangkut di bibirku.
 
Tanpa aba-aba kau menarik tanganku, mengajakku duduk di kursi yang panjangnya tidak lebih dari dua meter saja. Tak lama kemudian kau memesan dua mangkuk mie ayam tanpa persetujuanku.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri