Waspada Banjir, BPBD Kampar Pantau Debit Air PLTA Koto Panjang

Waspada Banjir, BPBD Kampar Pantau Debit Air PLTA Koto Panjang
PLTA Koto Panjang.
BANGKINANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar mulai mengantisipasi bencana banjir kiriman menyusul meningkatnya debit air di bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang.
 
"Kami terus pantau debit air di PLTA Koto Panjang dan Sungai Kampar," kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Kampar, Muhammad Nasir seperti dilansir Antara, Rabu (16/11/2016).
 
Saat ini tinggi muka air di PLTA Koto Panjang tercatat normal sekitar 74,76 meter dari kondisi sebelumnya yang mengering.
 
Menurut dia, tinggi muka air di PLTA Koto Panjang dianggap harus diwaspadai ketika mencapai 83 meter dengan kecepatan "inflow" mencapai 1.000 meter kubik per detik.
 
Sementara itu, berdasarkan pantauan timnya, debit air di Sungai Kampar, salah satu sungai utama yang membelah dari Sumatera Barat ke Riau juga meningkat meski tidak signifikan.
 
"Tentunya kita berharap tidak terjadi banjir. Namun kami tetap siaga menghadapi itu," ujarnya.      
 
Dia mengutarakan, banjir sebenarnya mulai terjadi di Kampar pada Senin (14/11). Namun, banjir tersebut masih bersifat lokal akibat meluapnya sejumlah anak sungai di Kecamatan Kuok dan merendam sedikitnya 250 rumah dan satu sekolah.
 
Meski banjir hanya terjadi beberapa jam, dia mengatakan hal tersebut patut diwaspadai mengingat bencana tahunan itu dapat terjadi kapan saja.
 
Selain itu, belajar dari pengalaman awal 2016 lalu saat banjir besar melanda sebagian Kabupaten Kampar, pihaknya terus berkoordinasi dengan pengelola PLTA Koto Panjang.
 
Disinggung soal kesiapan dalam menghadapi banjir, dia mengatakan dari sumber daya manusia (SDM), BPBD siap. Namun, dia sedikit mengeluhkan keberadaan peralatan seperti kapal karet yang dalam kondisi rusak.
 
"Ini yang kita hadapi sekarang. 5 perahu karet yang kami miliki seluruhnya bocor dan tidak dapat dimanfaatkan," ujarnya.
 
Rusaknya seluruh perahu tersebut akibat bencana banjir besar yang terjadi pada awal 2016 lalu. Saat itu, wilayah Kampar digenangi banjir hingga ketinggian 1 meter. Dampaknya, perahu karet yang digunakan terus menerus rusak akibat menerobos perkebunan dan perumahan warga.
 
Banjir sebelumnya juga terjadi di wilayah Rokan Hulu, Kabupaten yang berbatasan dengan Kampar. Di Rokan Hulu, hujan deras dengan intensitas tinggi yang terjadi sepekan terakhir menyebabkan ribuan rumah di 5 kecamatan tergenang. (max/ant)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri