Belantara Langit
Kepada Nureini Hanik
Di belantara langit, tampak bulan termenung kaku
Menjauh dari bintang yang terkesan malu-malu
Bulan itu adalah wajahmu,
Rinai bintang adalah senyummu yang lugu.
Sekre IJS, 23 Agustus 2016
Kenapa Kau Marah?
Dulu sawah kau tanami rumah-rumah, kini banjir datang kenapa kaum marah?
Kau banyak menebang pohon besar, katanya mengganggu kabel listrik berbayar
Mall-mall berdiri gagah, di setiap sudut kota yang mewah, bukankah itu prestasi yang luar biyasah?
Hutan-hutan sudah menjadi ladang sawit, kini kemarau panjang kenapa dahimu mengernyit?
Kau menambang tak sudah-sudah, kini longsor datang kenapa kau marah?
Kenapa kau marah?
Bukankah alam juga punya naluriah?
Kau lakukan apapun yang kau mau . .
Akan tiba saatnya dimana Bumi akan melumatmu.
Wonogiri, 15 Ramadhan 1437 H
(Purna) Kemerdekaan
Kemerdekaan itu, kini hanya tersisa lampu-lampu flip flop yang kian meredup
Deret bendera yang usang dengan penyangga-penyangga yang lapuk
Baliho-baliho yang memenuhi jalan, dan para pemudanya sering mengantuk
Aku berjalan di antara bendera itu, menapaki setiap jengkal baliho yang lugu
Namun pekikan merdeka itu kini kosong dan layu
Hanya ada lampu pucat menerangi sepanjang jalan
Dari lampu kecil limang wattan penjual gorengan
Aku meneruskan kembali untuk berjalan
Menyusuri bekas-bekas cat yang kusam
Aspal-aspal mengelupas disapu jaman
Di bawah langit yang hitam... kelam
Di sana...
Aku menemukan cahaya remang
Oooh bintang-bintang...
Berikan jalan yang terang,
untuk negeriku yang gamang
Jendi, 27 Agustus 2016
Pasar
Dari ba’da subuh penuh kantuk
Jalan-jalan mulai sibuk
Dijejali angkutan-angkutan yang menumpuk
Para pedagang, pembeli serupa burung pelatuk
Parkiran, 2016
Novy Eko Permono. penggemar tempe ‘mendoan’ garis keras. Saat ini aktif sebagai koordinator Ikatan Jomblo Nusantara Cabang Wonogiri. Dapat disapa via email: novyekop@gmail.com, fb: novy eko permono