Cerpen Teenlit Gadis Hujan

Kepada Tuan Penawar Bahagia

Kepada Tuan Penawar Bahagia
Ilustrasi. (was-was.com)
DI BAWAH hujan deras siang ini, aku ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Dia yang telah menghadirkanmu di hidupku. Mengganti segala sedih dengan bahagia. Menukar segala ganjil dengan genapnya. Aku ingin berterima kasih kepada Dia, yang memberikan jumat indah untuk bisa bersamamu. Menghabiskan satu hari dengan tawa. Menyelesaikan dua puluh empat jam dengan ceria. Dan aku masih ingin terus berterima kasih kepada Dia, yang membuat diriku seolah istimewa ketika berada di dekatmu. Menghadirkan seseorang yang begitu mempedulikan keadaanku. Seseorang yang selalu ingin menjadi penawar sakitku. Dan sungguh, kata terima kasih sebenarnya tak mampu membalas rasa bahagiaku di hari itu.
 
Dan ini, adalah sekelumit kisah perjalanan kita. Tentang rasa bahagia yang kini bergelayut manja di pelupuk mataku. Yang terus menari-nari nakal menjelang tidurku. Entahlah, aku rasa ini terlalu berkesan buatku. Aku terlalu bahagia di hari itu. Penyebab seluruh tawaku hanya satu, yaitu kamu. Iya, kamu. Kamu; Si Tuan Penawar Bahagiaku.
 
Terima kasih untuk jumat menyenangkan itu. Ketahuilah, ini bukan sebuah jawabku untuk keinginanmu waktu itu yang mengatakan ingin menghabiskan 24 jam bersamaku. Ini adalah kerja tangan Tuhan. Dia yang mengatur segala hingga kita bisa menghabiskan 24 jam dengan rasa suka tanpa duka. Dia yang mengatur semua hingga kita bisa tertawa dalam sama. Tuanku, kau masih sama seperti yang kukenal pertama kali. Kau masih tak berubah. Dan kau masih Si Tuan Penawar Bahagia untuk seorang Nanda.
 
Aku selalu suka caramu menatapku. Aku suka caramu memperlakukanku. Aku suka caramu menggenggam tanganku. Dan aku sangat suka caramu mengusap kepalaku. Aku tahu, kau begitu sayang padaku. Dan kau perlu tahu,  bahwa aku pun turut sayang kepadamu. Tapi satu hal yang aku tak bisa lakukan sekarang, menjadi kekasihmu lagi. Jangan sedih. Ini hanya soal waktu. Aku perlu waktu untuk memantapkan hatiku. Aku hanya tak ingin “jalan” denganmu sementara hati ini masih menetap di tempat lain. Ketahuilah Tuan, aku tak ingin membuatmu terluka. Karena aku tahu, kau sudah terlalu banyak terluka karena aku.
 
Tuan, kau masih yang termanis di hatiku. Semakin lama, aku semakin mengenalimu. Bahwa kau adalah laki-laki yang juga punya emosi. Aku hargai segala kejujuran tentang pertengkaran kita beberapa waktu lalu. Ya, kau benar. Aku adalah gadis paling keras kepala yang pernah kau temui. Dan aku paham, aku adalah gadis egois yang sebenarnya tak ingin kehilanganmu. Tapi terlepas dari itu semua, aku sayang kamu apa adanya.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri