Cerpen Kurnia Gusti Sawiji

Reinkarnasi Kafka

Reinkarnasi Kafka
Ilustrasi. (Carlos Quevedo/deviantart.com)
KAFKA Citrapata, seorang pemberi kabar kematian yang tugasnya berkeliling ke seluruh kampung dan memberitahu para penduduk tentang kematian seseorang, baru saja meninggal enam hari yang lalu karena sebuah kecelakaan tragis yang ia alami selagi menjalankan tugasnya.
 
Kini, Kafka merasakan dirinya seperti berada di dalam palung yang berada di lautan terluas; dingin dan gelap. Perlahan namun pasti, ia bisa merasakan tubuhnya semakin tenggelam menuju kegelapan yang lebih temaram. Mungkin, beginilah rasa kematian; jatuh ke kegelapan tanpa rasa sakit. Berada diantara baqa dan fana. Dalam temaram itu ia lihat beberapa wujud yang ada dalam ingatannya. Namun semua itu muncul dalam bentuk yang begitu tidak nyata dan surealis, membuat Kafka yang sedang tenggelam itu merasakan sepi.
 
Tak lama kemudian, Kafka berhenti tenggelam dalam kegelapan. Lalu ia merasa diguncang. Perlahan, namun semakin lama semakin kencang, seolah-olah ia berada di dalam suatu karung yang gelap dan seseorang sedang membawanya. Setelah beberapa saat, seseorang itu akhirnya mengeluarkannya dari kegelapan itu. Betapa terkejutnya Kafka ketika ia melihat apa yang ada di depan matanya.
 
Ia merasa begitu kecil, dan di hadapannya adalah ayahnya yang berdiri begitu tinggi. Tangan kirinya memegang sebuah karung goni, dan tangan kanannya menggenggam erat sebuah golok besar. Di punggungnya disandang seikat kayu bakar, lalu ia turunkan kayu bakar itu tepat di sebelah kiri Kafka. Kafka berusaha melihat sekeliling, dan dirinya kembali dikejutkan oleh apa yang ia lihat. Di sebelah kirinya, tepatnya di sebelah kayu bakar itu, adalah makamnya sendiri. 
 
Ayahnya lalu memegang tubuhnya dengan kencang, membuat ia merasa sesak nafas. Dan dalam kecepatan yang tidak bisa ia duga, tangan kanan ayahnya sudah memotong-motong dirinya menjadi beberapa bagian kecil. Rasa sakit yang ia rasakan begitu jelas, membuatnya ingin teriak namun tidak bisa. Ketika masih ia rasakan kesadaran ada padanya, bola matanya berusaha bergerak memeriksa tubuhnya. Ia sadari bahwa satu-satunya bagian utuh yang ditinggalkan oleh ayahnya hanya kepalanya. Lalu dengan matanya, ia berusaha melirik untuk melihat apa yang sedang dilakukan ayahnya.
 
Ayahnya menyiapkan api unggun, lalu setelah api siap, ia melempar potongan-potongan tubuhnya ke api yang tengah membara. Kafka merasa ngeri. Dengan mata kepala dan kesadarannya sendiri, ia lihat tubuhnya terbakar. Asap mengepul. Lalu entah darimana asalnya, sesosok manusia muncul dibalik kepulan asap itu. Kengerian Kafka semakin menjadi ketika melihat bahwa sosok rusak itu adalah dirinya sendiri. Tiba-tiba, semua menjadi gelap gulita.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri