Puisi-puisi Abd. Sofi

Di Senja, Memandang Lautan di Matamu, Membuang Masa Lalu

Di Senja, Memandang Lautan di Matamu, Membuang Masa Lalu
Ilustrasi. (Andres Kal/saatchiart.com)
Di Senja
 
Senja ke senja langit berdarah
Angin kemarau hitam tua, namamu kutulis di pasir
Dari kuncup sabit ingatanku jadi celurit
Air laut pasang mengantar langit merah saga
Ku eja setiap hunus bayang silam
Dari balik setangkai bunga temaram
Dan sepasang kupu-kupu yang lepas dari kekasihnya
Musim demi musim layu awan kelebu aku pilu
 
Di senja ini 
Riak-riak ombak telah jadi gelombang
Meretakkan kuat batu karang
Aku duduk di atas batu
Di tepi pantai tempat pertama kita saksikan sepasang kupu-kupu bermesraan
Namum kini senja telah karam bersama rerempah duka
Tuhan. Di mana tempat berteduh?
Membuang segala empedu rindu
 
Senja telah sempurna mengantar matahari mati
Angin timur mengirim gelombang
Perahuku karam pada purnama ke enam
Namamu kuhafal, matamu kuhafal
Ku abadikan di bukit dada
Ku adadikan di luka.
 
 
 
Memandang Lautan di Matamu
 
Aku terposana oleh riak-riakmu
Terhanyut sampanku melaju telah jauh
Aku ingin melayarimu hingga ke ujung keindahan
Aku ingin menyelamimu hingga kutemukan mutiara-mutiara itu
 
Pantaimu penuh pasir-pasir putih
Aku ingin duduk hingga senja menenggelamkan tubuhku nanti
Aku ingin menulis puisi-puisi indah di bibirmu
Aku ingin damai seperti riak ombakmu yang perlahan meletakkan getar dada
 
Memandang lautan di matamu
Aku ingin tenggelam di dalamnya, dan menemukan malam pegantin di sana
Dan purnama bermekaran di atasnya
Lewat cahaya yang membacakan puisi-puisiku padamu.
 
 
 
Membuang Masa Lalu
 
Aku melangkah ke senja 
Melaju menjauh dari masa lalu
Memasuki gelap yang kian pengap
Angin-angin kencang 
Burung-burung berlarian
Langit merah darah.
 
Di tepianmu aku membuang segala bunyi kebisingan 
Dan segala bentuk rasa paling pahit.
Dan kemurungan yang ku terbangkan kepada angin kemarau
Dan jenis-jenis luka yang kulempar pada lautan senja dan gemuruh gelombang yang runtuh.
 
Kini aku telah pulang membuang sesak masa lalu yang membelenggu
Menggikuti arah bintang yang jatuh itu 
Mencari pintu-pintu tempat berlabuh dengan jiwa yang rubuh.
 
 
 
Abd. Sofi, lahir di Sumenep Madura pada tanggal 17 juli 1991. Sekarang ia sedang megembara menemukan takdirnya. Kumpulan puisi-puisinya (di ujung senja 2015). Aktif di rumah sajak.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri