PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Karma
Ada mata yag sedang kecewa, melihat hati yang diam
Ada raga yang menyesal, menimpa dosa dikala tertinggal
Maafku bagai nyawa yang hampir karam
Melihatmu terkapar melepas harapan
Bawalah raga ini sebagai teman berjalan
Beriringan, menuju istana yang kau impikan
Senjaku hilang terbuang zaman
Kau tahu, sajak ini terlanjur penuh luka
Tergores,terjatuh, terpukul hingga mati
Penaku penuh nanah tak mau kering,
Tintaku kering tak ingin hilang
Tangan ini mulai kaku berujung beku
Mulutku tak lagi bicara, Mataku tak lagi melihat,
Dan hatiku tak lagi ada,
Hingga jiwa ini menyusulmu ke surga penuh cinta.
Rindu
Tuan malam,
Hendak aku bercerita tentang temaramnya pagi
Mengisahkan pasang mata yang tak ingin lari
Mengejar kekasih pagi yang hilang bak ditelan bumi
Wahai kekasih pagi,
Lupakah kau bagaimana mengurai mimpi?
Rindu ini terlalu manja untuk sebatas lupa
Bagaimana kau menyapa, bagaimana kau menoreh asa
Tuan malam,
Aku sedang ingin memanjakan rindu yang menjemukan ini
Bersua, berjalan seperti dulu sebelum aku mengenal waktu,
Kini, waktu itu hanya memberiku ruang kenangan
Yang membawaku pada bilik kerinduan
Ingin lupa, tapi bukan masa lalu
Ya, terbaca sangat ambigu
Tapi, inilah definisi sebuah rindu.
Puisi Kaum Jelata
Yang berharap sudah tak terjamah
Peluh pun sudah menjadi darah
Hatinya luka penuh nanah
Mulutnya terjejal banyak sumpah,
Muntah pun hanya menjadi sampah tak berguna
Lalu, siapa yang sudi melihatnya?
Mata mereka sudah buta karena harta,
Telinga mereka sudah tuli karena kuasa,
Dia hanyalah bagian dari jelata yang tersumpal bualan penguasa
Kesana kemari meronta agar mereka tak buta, agar mereka tak tuli
Tapi, percuma saja
Hey, para penguasa yang katanya ”tak” dusta
Sudah kenal kah kau dengan karma?
Dialah karma yang kau jumpa
Jelata yang kau tipu karena dasimu,
Jelata yang kau acuhkan demi kursi kekuasaan.