PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
SERA
Lelah menghujung berserakan saja
Sempatkan diri sedikit pada kalbumu
Ingin kurangkai-rangkai ulang kefanaan itu
Namun tak jua pula kutemui kau
Sekian lagi
Sera-sera diri serahkan nurani
Haruskah menghempas begitu tiada jejak
Laksana jantung menggeretak membiaskan engkau
Semilir hembusmu membisu
Pun membius
Diri terpana
Ingin kulangkahkan citra di hadapmu
Betapa kian menggeliat mengutukku tuk memanggilmu
Tak kunjung pula kau hibah
Akhirilah sudah
CABA
Kugantungkan bintang pada ujung jemarimu
Lalu kutadahkan doa di penghujung rusuk
Yang kian gelisah
Diam-diam menepi dan hilang
Kukira ini pun waktu tuk mengutuk
Pada dedaunan yang mengiringi kisah kita
Caba …
Andai pun pula kau suci
Kala dahulu bersua
Kau kerutkan sebingkis harapan
Tuk janji-janji usang
Haruskah kukeluhkan nafas perlahan sendu
Mengikis semesta tuk sekedar lewat
Bila saja itu bukan kau ….
HARUSKAH
Kini kita berdiri di ujung kerisauan
Sambil menatap pelangi pada pelupuk matamu
Lalu kita terbahak
Hingga lupa
Haruskah ?
Kutemukan kau hanya pada sajak
Yang kukirimkan pada Tuhan
Kala itu
Haruskah menetap tuk sekian ?
Seglintir sejarah hanya numpang lewat
Tetaplah aku dan kau menggila
Mengais setitik kisah
Detik itu kian bergumam bodoh
Hendak mencaci
Jeritan rindu tak akan lagi berjumpa
Pada satu jalan …
Kau dan aku membuang muka
Sekedar-kedar ingin menunjuk pada waktu yang kian berkhianat
Bagai makhluk suci tak berdosa
Mengeluh tentang siapa bersalah
Mencari-cari nama tak temui terang
Dan lagi…
Haruskah begitu ?
