Puisi-puisi Nurhidayah Tanjung

Pilihan, Renungan Sunyi, Bait Doa Pada Sang Pencipta

Pilihan, Renungan Sunyi, Bait Doa Pada Sang Pencipta
Ilustrasi. (Janet Snell/absolutearts.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Pilihan
 
Gelombang energi  kembali terpancar. Berpijar layaknya lampu minyak.
Menggebu tuk mencapai titik tertentu. Berkoar-koar kalimat di ucapkan.
Pilih mana, tersisih atau terubah?
Sadis. Zaman penuh aneka bayang-bayang bualan.
 
Kita masih terbelenggu. Arus global yang mempengaruh. Mau diam, maka ikut tersisih. Ingin nyemplung tapi harga diri di injak pilu.
Kita hidup pada kenyataan.
Bahwa menyusuri lengkungan hidup itu bergemuruh. Atau nanti justru terjerembab rasa kalbu.
 
Percuma meronta, hanya angin lalu yang tawar terasa. Percuma memekik, kita tak berdaya. Karena jagad ini punya permainannya sendiri.
Siapa yang banyak, ia yang angkuh. Siapa yang sedikit, ia yang luput.
Semua menodong, mencerca, mencaci memaksa kita untuk ikuti.
 
Tapi, pilihan akan ada pada siapa yang percaya. Akan tetap membuncah walau diam sribu bahasa. Akan terus beraroma walau dilahap masa.
Siapkah kita pada pilihan yang nyata?
Tersisih atau terubah?
 
 
 
Renungan Sunyi
 
Resah mengoyak kalbu. Sakitnya bak tertusuk runcingnya bambu.
Sekian aku ungkapkan. Tapi malah campakkan kepingan jauh-jauh.
Rasa tak mampu menyelinap lagi. Kini kembali pada naluri.
Mendadak dapat berhenti, namun hati kembali bicara lagi.
 
Untuk kesekian kali. Egoku itu berapi-api. Meraung jauh dari batas memori.
Zona nyamanku?
Terbang tertiup angin, hangus terbakar api, kering di uapkan matahari.
Tapi aku tak pernah lupa mengisinya lagi, dengan air laut barangkali. Agar tak cepat musnah.
 
Menang. Aku selalu kalah. Di seluruh penjuru rasa.
Hampa seketika menyelimuti jiwa. Memudarkan pandang akan arah jalan.
Mesti sabar. Itu benar, renungan lagi. Resapi kembali.
Barangkali jiwa yang terbakar untuk bangkit hadir di masa ini.
 
Ada jalanNya. Ada takdirNya. Ada kehendakNya.
Mesti banyak doa. Mesti menerima.
Nanti hembusan angin menggelitik telinga. Menuai senyum di wajah.
Sinar tak lagi silaukan mata. Butiran air tak lagi basahi tubuh. Hanya sekelumit rasa bahagia timbul dalam kalbu. Hanya mampu menunggu. 
Dan aku menatap angkasa mantap. Sambil berkata ‘siapa?’
‘Aku’. ‘pasti mampu.’
 
 
 
Bait Doa Pada Sang Pencipta
 
Andai aku dapat membuktikan
Sesuatu itu akan kuraih
Tak ada yang perlu mencibir lagi
Andai ada yang yakin
Akan kuperjuangkan mimpi
 
Tapi mengapa hanya dapat ku andai? Mengapa tak dapat kuraih?
Akankah semua seperti kata mereka? 
Yang lebih suka ku tanpa arah
Yang melihatku di batas lelah?
 
Dan sekarang aku hanya bisa meminta pada Sang Pencipta
Untuk berikan hal terbaiknya
Dan dalam segenap doa kuyakin dan percaya
Bahwa Yang Kuasa itu ada dalam keadaan sedih maupun bahagia
 
Aku hanya perlu terus beribadah dan berdoa
Karena Yang Kuasa penyayang umatnya
Dan aku menemukan Sang Pengasih dan Pencipta di setiap bait kehidupan pada akhirnya
 
 
 
Nurhidayah Tanjung, lahir di Bengkulu 26 Desember 1997. Selalu mencoba yang terbaik dan berdoa untuk menjadi lebih baik lagi. Bisa berkomunikasi dengan penulis melalui fbnya  nurhidayah tanjung. Beralamat di Jln.KH.Ahmad Dahlan Kel. Kebun Ross, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri