Puisi-puisi Eka Pani Novirna

Ingatan Lalu, Harapan Pagi, Senandung Trilogi

Ingatan Lalu, Harapan Pagi, Senandung Trilogi
Ilustrasi. (Karen Hale/ugallery.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Ingatan Lalu
 
Apa kau tak dengar ?
Dersik begitu ribut memaki namamu.
Apa kau tak tau?
Jejakmu melarangku mengejanya.
Apa kau tak rasa? 
Rasaku terseok-seok menunggu balasan rindu yang tak kunjung datang.
Sekarang kau lihatkan, 
Sisi mana dariku yang bisa kau sebut selain luka?
Itu karena takdir akan membuatnya terus menjadi luka.
Biarlah tanganku ini terbentang memeluk apa saja
yang akan menjadikannya semakin meradang.
meminta kau cepat pergi.
agar aku dapat koyak lebih lebar luka ini.
Biar sekali sakit sakit sekali.
 
Sungai Apit, 2 Februari 2016
 
 
 
Harapan Pagi
 
Embun mulai kering mengguap. 
Bergilir ketepi peraduan.
Menitik jatuh menjulang. 
Menjadi anggan yang kian gamang. 
Menuntun jalan yang semakin melarang jangan.
Jalan setapak yang berarang.
Apa mungkin ku dustai pikiran?
Mungkin takdir memang berhenti disini.
Bagaimana lagi bisa aku mengubah.
Daya mana lagi yang bisa ke gengam untuk melawan.
Sedangkan arus lebih deras menggalir .
Bila jejakku bertapak .
Maka kau akan tau seberapa sakitnya.
Karena bekasnya masih basah
Oleh air mata.
Bagaima mungkin bisa ku bilang benci. 
Padahal  ini semua buah dari yang kusemai.
Tapi seharusnya kau disini .
Seharusnya kita sama-sama menanggung perih. 
 
Sungai Apit, 27 Maret 2016
 
 
 
Senandung Trilogi
 
November datang menyapa haru.
Gerimis berputar berujung benalu.
menggikat daku, menyapu titik rindu.
bangku opera berlambang sendu.
satu-satu hilang di telan kelabu .
tenggelam dalam mozaik biru .
tersesat dalam labirin hatimu.
sesuatu merayap menjadi tabu.
mendaki  berkukuh rasa.
memuncak berharap  setia.
hingga desember sudah gundah gelisah
gerimis yang mulai reda .
berteduh pada rasa, berpayung percaya
masih bertapak pada rasa cinta.
ternyata cinta masih butuh waktu.
untuk kembali menyapa raga yang tak padu
Januari kian meracau
menyapa malam yang beku 
berteman bintang bercerai sendu
janji atas sebuah kesetiaan 
pergi untuk kembali.
kutunggu, tapi tak kembali
masih bolehkah aku memupuk rasa
masih bolehkah aku menuai rindu
masihkah kelingking itu hanya bersumpah setia padaku
Aku mencoba untuk peka
tentang dimana cinta?
Bagaimana sayang?
Apakabar kasih?
kemana kau pergi ?
Mengapa tak kembali? 
 
Sungai Apit, 4 Februari 2016
 
 
 
Eka Pani Novirna, biasa di panggil eka  lahir di Sungai Apit, 4 November 1997. Bertempat tinggal di Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak, Riau. Penyuka warna hitam yang begitu mencintai dunia seni rupa dan sastra. Beberapa karyanya sudah ada diterbitkan dalam bentuk antologi bersama. Twitter : @ekapaninovirna. FB : Eka Pani Novirna.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri