Puisi-puisi Shalu Tia Trisnasari

Dinding, Lampu, Ibu

Dinding, Lampu, Ibu
Ilustrasi. (Frederico Infante/pinterest.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Dinding
 
Kau berdiri membatasi ruang-ruang..
Kau tercipta dari sesuatu yang berkualitas,
Sehingga membuatmu menjdi kuat dan kokoh..
Mampu terus tegak menahan berbagai sambitan yng menyakitkan..
 
Oh dinding, meski banyak yang tak begitu mempedulikan keberadaanmu..
Kau tetap kokoh berdiri di sana..
Kau tetap menjadi manfaat bagi semua yang berada di sekitarmu..
 
Ketika suatu gaya dan sambitan yang menyakitkan hendak menghampirimu,
Tidak pernah sedikitpun menjadi pengaruh bagimu..
Hanya sisa-sisa goresan luka yang tertinggal..
 
Oh dinding, tetaplah berdiri kokoh di sana..
Tetaplah menjadi manfaat bagi semua yang berada di sekitarmu..
Tetaplah tegar, meski melawan banyaknya rintangan..
 
 
 
Lampu
 
Cahaya putih yang selalu menerangi malamku..
Menjadi sumber terpenting dalam dunia belajarku..
Menjadi kebutuhan bagi kehidupan..
 
Oh lampu, kaulah yang menjadi hal terpenting dalam kahidupan..
Kaulah yang menciptakan kecerahan dalam kegelapan..
 
Oh lampu, terkadang bahkan selalu kaulah yang dicari saat kegelapan tiba..
Cahaya putihmu lah yang menjadikan  suasana malam menjadi lebih indah..
 
Oh lampu, sungguh beruntung dapat menjadi seperti dirimu..
Penuh manfaat bagi semua manusia..
Keberadaan yang selalu dinanti dan diingikan..
Ketiadaanmu yang akan selalu dicari-cari..
 
Karena itu, jadilah sepeti sang cahaya putih itu..
Yang selalu menjadi sumber terpenting dalam kehidupan manusia..
Selalu menjadi yang bermanfaat bagi manusia..
Serta tiada disia-siakan..
 
 
 
Ibu
 
Cucur keringat dan air mata..
Berjuang melawan maut..
Demi kehadiran sang buah hati..
Demi kehadiranku..
Saat mendengar tangisan pertamaku..
Itulah yang menjadi kebahagiaan tak ternilai dalam hidupmu..
Saat ku mulai belajar berjalan..
Kau dengan setia menjagaku..
Saat ku mulai belajar berbicara..
Kau dengan sabar mengenalkanku pada kata-kata..
Hingga kini, kasih sayang itu tetap sama..
Tak pernah berkurang sedikitpun..
Tak pernah berkurang meskipun terkikis oleh waktu..
Engkau sebait doa yang terbentuk di dalam hatiku..
Menjagaku dari kejahatan waktu..
Menjauhkanku oleh sapuan debu..
Yang akan membuatku rapuh..
Dalam senyummu, kau sembunyikan lelahmu..
Derita siang dan malam menimpamu..
Tak sedikitpun menghentikan langkahmu..
Demi untuk member harapan baru bagiku..
Bekerja tanpa kenal kata lelah..
Tidur pun tak kenal kata lelap..
Terjaga dari gelapnya langit di malam hari..
Engkau selalu menyebut namaku dalam setiap doamu..
Air matamu mengalir dengan derasnya..
Mengingat, betapa mulianya engkau wahai ibu..
Ibu, aku mencintaimu kemarin, hari ini, esok dan hingga mata ini terpejamkan..
 
 
 
Shalu Tia Trisnasari, lahir di Jakarta, 20 Mei 2002. Merupakan anak pertama dari 4 bersaudara pasangan Muhtar Lutfi dan Yanthi Trisnasari. Sekarang sedang menempuh pendidikan menengah pertama di MTs Tahfidzul Qur’an Azhar Center Makassar. Cita-cita pengennya jadi dokter yang hafidzah namun tidak melupakan hobbi menulis. Bagi saya, menulis adalah sarana terbaik melampiaskan emosi dan mengasah keterampilan.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri