PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Berpuisi Tanpa Kata
Senjalah yang paling setia menunggu,
Hingga daun maple merah sampai di tanah.
Anginlah yang paling patuh membawa keluh kesah,
Hingga hanya bersisa bau tanah basah.
Maka berbisiklah.
Karena meskipun kau tetap di tempat, angin yang menemuimu tidak pernah sama.
Belajarlah berteriak tanpa suara, berpuisi tanpa kata.
Sementara kau di sana cukup diam
Menunggu kincir memutar beberapa bagian cerita yg telah usang
Semakin pelan, dan pelan
Hingga berhenti ketika angin benar - benar meninggalkannya pergi
Yang Tertinggal
Sebrutal inikah rindu mengacak acak hati tanpa permisi
Setega inikah kenangan menyeret ingatan tentangmu
Saat kau dan aku tidak lagi dalam kata satu
Saat sapa tak lagi mampu tuntaskan rindu
Dan terkadang aku ingin tau
Alasan Tuhan mempertemukan kau dan aku
Menumbuhkan rasa di hati masing masing tanpa tabu
Menghadirkan rindu dan cemburu
Menjaga kau dan aku tetap bersama dalam lamanya waktu
Hingga pada akhirnya kau tetap berlalu
Namun mengapa kau tak pergi bersama rindu?
Sapaan Tuhan
Sempat kulangkahkan kaki penuh kesombongan
Ku tengadahkan wajah penuh keangkuhan
Hingga angin menampar keras tubuh yang lemah
Gunung memandang hina diri yang kerdil
Langit murka dengan tingkahku
Bumi jijik dengan lagak ku
Alam semesta mengutukku
Rupanya ini sapaanMu, Tuhan
Hingga jiwa renta ini sadar
Engkau hanya enggan aku melangkah terlalu jauh
Engkau ingin aku bermanja lewat dzikirku
Engkau suka dengan rintihan doaku
Engkau rindu sujudku di dua pertiga malam
Yang tak pernah lagi ku lakukan
Tuhan , tak sedikitpun ku temukan jawaban
Atas nikmat mana yang tak Kau berikan
Hanya diri penuh dosa dan kenistaan
Berdzikir dalam penyesalan
Bersujud dalam sejadah pengharapan
Tahajud dalam kerinduan
Menangis dan tenggelam dalam lautan ampunan
