Puisi-puisi Anik Mariyani

Diantara, Duka Fajar, Itulah Pekerjaanku, Untuk Dedy, Kelebat Hantu Kenangan

Diantara, Duka Fajar, Itulah Pekerjaanku, Untuk Dedy, Kelebat Hantu Kenangan
Ilustrasi. (Ying Guo/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Diantara
 
Diantara bongkahan batu besar aku bersembunyi
Diantara deburan ombak aku menenggelamkan diri
Diantara gundukan tanah aku mengubur
Diantara puing reruntuhan aku meyusun rumah
Persembunyian abadi, membenamkan dosa
Dosa sebesar gunung, bahkan lebih, bahkan berlipat
Aku tak ingin keluar lagi
Hidup diantara gemerlap lampu
Pijar terangnya menyilaukan ulu hati
Lalu redup dan menggelapkan mata nurani
 
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
 
 
 
Duka Fajar
 
Malam yang berlalu, begitu panjang
Kabar itu datang
Disaat gema subuh berkumandang
Dering telepon tak ingin kalah mengundang, aku
yang telah terjaga diujung malam panjang
tergoncang
Dia telah memanggilnya, pulang
Kala fajar mengganti hari petang
kala itu pula, Dia mengganti status kehidupan seseorang
aku terisak, kehilangan
 
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
 
 
 
Itulah Pekerjaanku
 
Aku selalu menyalakan mesin
Terburu dikejar waktu
Tepat saat jarum pendek dan panjang
Berdetak di dalam kedalaman jam tangan mungilku
Berkata “sekarang pukul setengah tujuh”
Aku harus bergegas
Jalan menikung berulang
Lampu merah tak ada kata jarang
Lalu persimpangan tak kalah muncul tanpa selang
Aku menuju ke sana
 Ke suatu rumah, di ujung gang sempit
Rumah seorang tentara
Bersama kedua putra yang menantikanku saat petang tiba
Menyambutku di depan rumah
Lalu menggandengku masuk ke dalam
Lalu mengulur tangan, bersalaman
Penuh ta’zim padaku
Seorang gadis muda yang belajar menjadi ibu kedua
Bagi mereka, keluarga yang tak ku kenal
Itulah pekerjaanku
 
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri