PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Kau Kawanku
Kulit sama hitam
Tubuh sama kerempeng
Mata sama menyala
Kau kawanku!
Berawal dari celotehan tak berguna
Iseng, pergi ke padang rumput belakang rumah
Sekedar menyaksikan ilalang menari gila
Atau bunyi kumbang yang berdengung
Merdu suaranya
Kau panggil ku duka
Aku panggil kau nestapa
Kita lantas tertawa
Terguling diantara debu-debu kotor
Angin malam
Hanya batasan nama
Dingin malam
Hanya plakat kepalsuan belaka
Lalu berbicara tentang kesedihan?
Bak suara pelan ditelan limbubu
Yang diketahui dua orang bodoh
Hanya tawa dan tawa
Kau kawanku
Berbeda tuk menyatu
Melepas
Tuk merangkul
Sandiwara Keji
Kupandang
Raut wajahmu kian menggerutu
Kudengar
Suaramu mengalun menghilang sendu
Matamu memerah saga
Seperti kesurupan
Tanganmu mengepal hebat
Namun tak berdaya memukul.
Berdirimu terlihat duduk
Dudukmu terlihat berbaring
Hidup mu terlihat mati
Kau tak berguna
Katanya!
Manuisa-manusia tengik itu
Manusia-manusia hina itu
Harus membunuhmu secara keji!
Lalu mereka pula yang lebih menangis
Bahkan tangisan mengeluarkan darah
Sungguh sebuah panggung sandiwara keji!
Apa mereka tak tahu kau siapa?
Kau adalah paru-paru mereka
Padamu binatang itu tertelentang
Padamu bunga itu berangkulan
Padamu kelanjutan benih-benih masa depan
Sudah,
Bunuh saja dirimu
Cabut tulangmu dari tanah
Ambil kertasmu dari mesin itu
Biarkan perut buncit itu tertawa
Kemudian menangis
Dan tersadar
Uang bukan isi perut mereka
Alur
Ketika cinta merangkak mendekat
Terimalah dengan hati terhebat
Rekahkan senyum tertulus darimu
Raih dan jaga dengan penuh dekap
Jangan terlalu kuat
Sepandaimu saja menjaganya
Ketika cinta merangkak mendekat
Terimalah tanpa rasa takut
Ajak dia berkelana
Pulihkan rindu yang tersiksa begitu penat
Genggam jemarinya
Rangkul tubuhnya
Buatlah cintamu tak sebatas ucap
Teruslah melangkah tanpa takut tersesat
Karena berdua adalah semanja waktu
Berteriaklah tanpa ragu!
Ketika cinta datang merangkak
Diri barulah disebut diri
