Puisi-puisi Abdul Halim

Tumpah Darah Pahlawanku, Sang Penggadai Idealisme, dan 3 Puisi Lainnya

Tumpah Darah Pahlawanku, Sang Penggadai Idealisme, dan 3 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Tracy Clark/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Tumpah Darah Pahlawanku
 
Aku  takkan bisa merasakan semua
Semua yang engkau lakukan
Aku hanya bisa membayangkan
Tiap darah yang engkau teteskan 
Demi nusa dan bangsamu
Indonesia…
 
Engkau memberi kemerdekaan, kami menjajah kemerdekaan itu
Engkau memberi kebebasan, kami salah gunakan kebebasan itu
Engkau memberi darahmu, kami seolah tak peduli dengan itu
Engkau sibuk berjuang, kami tidak tau apa yang harus diperjuangkan
 
Kini tak ada lagi semangatmu
Tak ada lagi perjuanganmu
Nasionalisme seakan mati
Persatuan seakan pudar
 
Mungkin kami terlalu manja
Ataukah keadaan yang memuat kami manja
Kami bersaudara tapi berbeda
Kami satu bangsa tapi buang muka
 
Hilang sudah semangat sumpah pemuda
Tak ada lagi nilai pancasila
Setiap kisah perjuanganmu seolah legenda
Pengantar lelap anak cucumu di saat lelah
 
 
 
Sang Penggadai Idealisme
 
Hay, kau yang teriak menantang badai
Sadarlah !!! kau hanya kucing kecil
Tak layak terlihat di mata sang singa
Pengemis daging sisa dari penguasa
 
Hay kau yang tampak idealis
Retorika dengan pandangan kritis
Sungguh fikirmu tak selamanya realistis
Kadang tuk hidup memang harus pragmatis
 
Santai saja kawan !!!
Nikmati dulu sebatang tembakau itu
Rasakan dulu kopi pekat ini
Dan mulai lagi khayalan abstrak tak jelasmu
 
Pandanganmu tak laku dalam politik kawan
Karena kau terlalu normatif tak berfikir positif
Jangan sok suci dan terlalu naïf
Culaslah sedikit melawan mereka
 
Gadaikan saja idealismemu kawan
Gadaikan dengan kekuasaan dan sebungkus rokok
Jadilah penjilat kaum kapitalis itu
kemudian hancurkan, bunuh dan binasakan
untuk memulai hidup yang kau inginkan
 
 
 
Coretan Malam
 
Duhai pencipta cinta
Dekaplah aku dengan kasih-Mu
Hingga tak ada lagi penghalang tuk satukan kita
Biarlah insan  terlena dalam mimpi palsu
Bahkan pintu-pintu kenikmatan pun tertutup 
Tetapi rembulan dan bintang setia memuja-Mu
Wahai penguasa cinta
Sepanjang malam aku mencari-Mu
Menunggu dengan sedikit dosa di tanganku
Akankah sujud malamku Kau terima
Hingga aku boleh meminta sedikit kebahagiaan
Ataukah Kau menolaknya
Sampai-sampai pasukan kegelisaan
Begitu tega merusak indah senyuman
Tapi tak mengapa, karena inilah aku
Bahkan andai Engkau tak sudih menyapa
Ku takkan pergi berlalu
Karena kasihku pada-Mu seluruh qalbu
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri