PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Di Bawah Langit Jakarta
Di bawah langit Jakarta
Ada kain tergerus aspal
Oh.. ada tubuh bersamanya
Kadang ia bergeliat, menahan kantuk di selinting gemericik koin
Mangkuk usangnya nyaris tak pernah lengkap
Satu dua rupiah sudah luarbiasa
Di bawah langit Jakarta
Gerutu klakson bersahutan
Binatang berjajar di kerongkongan
Terkunci antara lautan roda
Meski di atasnya awan tetap berarak
Burung malam tak pelak tersedak
Surya yang bulat menundukkan matanya
Roda tak mau bergerak
berpeluh kikuk dalam kepung lampu kota
Di bawah langit Jakarta
Primata kecil bergerak telusur harta
Melingkar serta rantai di lehernya
Manusia pegang tali kerangkeng
Sementara dia berlenggak di ujung kendali tuannya
Tapi di bawah langit Jakarta wahai Tuhan,
Ada taring yang selalu cabik pohon sejahtera
Ada rakun dengan dasi loreng yang memuakkan
Hujan tak mendinginkan kepalanya
Tsunami tak meluruhkan kekejiannya
Ribuan toak tak meledakkan egonya
Si miskin makin merangkak
Si kaya makin membengkak
Berpeganglah..
Kau.. penghuni bawah langit Jakarta
Perempuan Itu
Kelebatan tudungnya
Mengunci tiap prasangka
Celoteh tua dan muda
Hitam, putih, abu..
Benci dan dirinya hanya berjarak satu inci
Mengekor..
Mengendalikan tatap jengah dari lensa yang dia lewati setiap fajar
Menuntut, biar langit runtuh menghancurkan selaksa rusuknya
Wajahnya teduh terpelihara
Bersembunyi dengan sisa kelopak mata
Tak berani dia menyapa
Pandangnya selalu jatuh di ujung kaus kaki
Dengan langkah tergesa, hati penuh belati
Yang dia inginkan hanya menyemai buah di ladang sejadah
Menyenangkan hati Tuannya
Tunaikan seluruh titah, serah, sumpah
Sungguh!
Perempuan itu takkan meledakkan rumahmu
Takkan kotori telingamu dengan dentum meriam, desing peluru
Dia hanya seorang hamba
Yang apabila kau dekati akan memelukmu erat
Dan apabila kau beri dia satu alas
Kan dia hadiahkan untukmu satu pintu menuju Arasy