Puisi-Puisi Lesa Triwahyanti

Aku Benci Keluar, Masih, Berhenti, Lelaki Malam

Aku Benci Keluar, Masih, Berhenti, Lelaki Malam
ilustrasi. (Mathew Sheppard/www.jonathanwestart.com)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
 
AKU BENCI KELUAR
 
Aku benci keluar,
Bukan aku tak mau melihat dunia luar, bukan
Aku benci keluar,
Benci karena diri tak bisa berbuat banyak diluar, benci
Aku benci keluar,
Hanya bisa memaki diri sendiri diluar, hanya
 
Diluar,
Diluar kutemui banyak perut yang kelaparan
Diluar,
Diluar kutemui banyak jeritan jiwa-jiwa malang
Diluar,
Diluar kutemui banyak penderitaan terabaikan
 
Diluar,
Kakek tua, nenek tua meratapi barang dagangan
Mencoba berteman dengan jilatan matahari dan debu jalanan
Bermodal beberapa rupiah dan menjual apa yang bisa dijual
 
Diluar,
Anak kecil tak beralas kaki berlarian
Menawarkan koran, minum atau suara yang sumbang dalam iringan alat musik jalanan
 
Aku benci diluar
Karena diluar hatiku teriris, amat pedih
Melihat guratan-guratan wajah mereka,
Saudaraku yang terpinggirkan
 
 
 
Purwokerto, 23 Agustus 2016
 
 
 
MASIH
 
Hujan boleh saja reda, tapi tidak dengan perasaanku
Aku masih saja basah, dalam kubangan kerinduan
 
Purbalingga, 18 Agustus 2016
 
 
 
BERHENTI
 
Aku berhenti
Kuputuskan untuk berhenti
Tuhanku lebih tau, mana yang terbaik bagiku
Aku tak mau lagi jadi budak perasaan gila ini
 
Awalnya cinta diam-diam
Tapi diam-diam memikirkan, membayangkan, mengharapkan
Ya Tuhan,,
 
Aku berhenti
Berhenti mengikutimu
Berhenti mencari kabarmu
Berhenti dari segala aktifitas mencintaimu
 
Ah, memang harus berhenti
Belum tentu juga kau yang jadi imamku
Lalu apa yang harus dilanjutkan ?
 
Purbalingga, 13 Juli 2016
 
 
 
LELAKI MALAM 
 
Aku sedang termenung
Sekelebat ingatanku bekerja
Menerawang kembali malam itu 
 
Langkahku cepat dalam balutan malam sepulang dari kampus
Ah, tapi lelaki itu menarik perhatianku
Kupelankan langkahku, sesekali aku meliriknya 
 
Dia lemah, lunglai dan terbuang
Bajunya terkoyak
Penglihatanya tak lagi bekerja dengan baik
 
Senyap, dingin, gelap
Berapa banyak ia berjalan dalam lautan peluh
Berjuang hidup dari barang bekas yang terbuang
 
Aku malu,
Menghakimi diri atas kebodohan selama ini
Karena yang tak ber-kakipun terus berlari
Dan yang tak ber-jaripun terus mencengkram
Aku ??
 
Purwokerto, 30 Agustus 2016
 
 
Lesa Triwahyanti, kelahiran Purbalingga 05 November 1995. Aku seorang mahasiswi jurusan Ilmu Kelautan di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Puisi bagiku seperti teman akrab, yang sudah kukenal sejak SD dulu. Tapi, semenjak disibukkan dengan perkuliahan, puisi dalam diriku seakan mati suri. Ia kembali bangun saat aku tak sengaja membaca puisi Wiji Thukul disalah satu media sosial. 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri