Puisi-puisi Fhisilmi Kaffah Anwar

Melayu Tanah Airku, Pemuda Indonesia, Nyanyian Pilu, dan 2 Puisi Lainnya

Melayu Tanah Airku, Pemuda Indonesia, Nyanyian Pilu, dan 2 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Oscar Lett/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Melayu Tanah Airku
 
Aku disini
Mencoba lukiskan
Tanah tercinta, tanah melayuku
Negeri membentang di tengah pulau sumatera
Walau ku eja negeri nan kulewati
Melayu jualah nan di jiwa
 
Ku tahu lima saudagar bugis
Terdampar di lingga
Merangkai biduk di penyengat
Merona di kesunyian kata
Melayu merona kata
 
Ku tatap lanskap nusantara
Disana, melayu meliuk-liuk memandang
Adat resam di tegakkan 
Kalimat syahadat di naungan
Ada pahalam pengikat jiwa
Melayu bersarang jua.
 
Sajauh-jauh kaki melangkah 
Di ranah melayu di hentakkan
Manakala talah tertinggal tanah nusantara
Melayu melekat dalam jiwa
Melayu, tanah airku
 
Pekanbaru, agustus 2916
 
 
 
Pemuda Indonesia
 
Ketika kuraba tanah melayu
Melaju merasuk hingga daku meringis
Tanah kucinta, terbengkalai tutur...
Gagu untukku berucap
Tanah bungkam lesap kata
 
Negeri, di tanah timur bumi
Negeri kaya di tenggara asia
Ku persembahkan lengan pemuda
Agar bung Karno tak larut kecewa
Berujar, ‘kita gemparkan dunia’
 
Negeri, tirani kejam mrnjajah 
KKN tumbuh pesat di metropolitan
Merembes sampai kekelurahan
Untukmu negeri...
Kuhaturkan raga pemuda perkasa
Tangan suci berlandaskan ilmu
 
Untukmu negeri
Pemuda negeri dari jagat sabang-merauke
Hadir untuk perubahan
Bangkit dari keterpurukan, demi...
Indonesia jaya
 
Telukkuantan, 21 Juni 2016
 
 
 
Nyanyian Pilu
 
Nanyian pilu si bulu semerbak
Hinggap dari ranting ke ranting
Dahan kisah senja dari jingga ke kelam
Mendayu alunan resah, sesak ...
 
Matanya sendu, menatap lanskap
Lihat kebawah, gersang
Lihat ke atas, meregang
Sekejap luluh di makan rayap
Rayap berteman kepala hitam
 
Ia menangis lirih dalam pangkuan ibu pertiwi
Menangis tersedu
Si Damar lelah
Si Cemara lunglai
Si Pinus terbaring
Si pengkisah kandas harap
 
Telah kau lihat dunia
Jagat gersang berceceran dari bukit barisan
Membentang menhunus raga
Telah termakan kutuk tuhan
Murka karena alam,
Alam telah hancur,
Tercabik ganasnya ulah tangan,
Tangan-tangan manusia
 
Nanyiaaaan pilu si bulu semeberbak nan kusam
Setia bertengger di dahan
Dengan harap menopang dagu
Dengar kata di sela harap
Hijaukan ...
Hijaukan...
Hijaukan... hutanku
Jangan biarkan hancur !
 
Telukkuantan, 20 Juli 2016
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri