PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Gemaan Nestapa Diantara Nista
Semenjak di kala itu
Rantai-rantai cerita kesenyuman
Menjadi berita permusuhan pasti
Indikator yang meruntut adanya
Tak dapat di pungkiri kebenarannya
Keserian yang utuh
Kini menggulat dalam kenestapaan
Duhai sang dewata……
Perdebatan hebat bagai sekonyong tikus yang mengadu
Hingga tanpa ada penghentian
Adanya hanyalah rautan amarah
Nan Cibir yang menggendamkan dalam bisu
Cuman karna cinta yang mendosa
Coba tanyakan pada lambaian angin
Barangkali ia dapat menjawabnya
Bilakah saat…..
Ku arungi pijakan kebenaran di atas puing-puing keapatisan
meskipun hanyalah sesaat…..
namun apakah sang maghligai bualan buntung mengerti
oh…. dewata surya yang menggema
kian rindu mengharap kan temukan dermaga kedamaian
haqiqi nan suci di negri yang berpelangi.
Menguliti Geliat Kebijakan
Jelas, terjelas …
Hingga tak mampu mengutarakan
Kediaman bukan berarti kekalahan
Karna hati terkoyak bagai tatihan ulasan sendu
Oh… munggawa kebenaran nian awak tak mampu sembunyikan
Kenistaan bukan diri ini adanya
Harmoni kearifan yang di pijak
Hanyalah siratan dalam cerita
Adakah cahaya tuk lambaikan keteduhan
Sematkan dalam nyawa
Ilusi kerukunan hanya akan membatas
Dalam kerinduan senja yang menyapa.
Sorongan Silaman Waktu
Gemulainya sentrongan senja pagi
Mengalihwahanakan serdadu kenikmatan
Menjulangnya bahagia menjadi derita
Jelmaan malaikat kini tlah terlalu lalang
Dalam dermaan sensasi kehidupannya
Nestapa kerinduan kini hanya sebatas tiraian kata hati
Fakta realita tlah ukirkan kenangan
Namun opini nian merajut ingin kembali.
Lampau waktu silam tak dapat bergulir hari ini.
Benturan Keras Gorongan Hati
Sinis hatimu hanya mampu
Melirik dengan tatapan tajam.
Keras nian hatimu seperti setapak batu.
Tak ada yang mengerti sedangkal pola pikirmu.
Kau jauh layaknya karang di dalam tengah samudera
Dan larasnya hatimu seperti ombak
Terkadang demikian terkadangpun begitu
Berjalan dengan secara tak pasti
Membuat di sekitar linglung
Sebab oleh tingkah semumu.
