PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Topeng
Topeng itu selalu menghiasi wajah mereka
Ada yang memasang keceriaan tanpa batas
Ada yang memasang dinding tebal tak terlihat
Dan ada yang membangun gunung es tak terhancurkan
Dia memiliki semua topeng itu
Memakainya disaat yang tepat
Menarik dan mendorong mereka yang disebut `teman`
Hingga ia mulai melupakannya
Wajah dibalik topeng-topeng yang ia pakai
Terlalu banyak topeng
Hitam, putih, berwarna
Kini ia menjerit
Ia mulai berlari ia mulai mencari
Menyusuri setiap sudut kepala dan hati
Bertanya pada masalalu yang ia lupakan
Dimana wajah asliku ?
Kapan itu hilang ?
Kapan itu hancur ?
Dimana ? dimana ? dimana?
Dimana dirinya yang sebenarnya ?
Yang terlupakan memberi jawaban
Pahit kenyataan harus dikecap
Dirinya hanya bertahan seumur jagung
Dan ia harus bersama topengnya untuk waktu yang lama
Ketakutan Gadis Kecil
Rintik itu turun dengan cepat
Angin terus bernyanyi dengan lantang
Gadis itu meringkuk mencari perlindungan dari selimutnya
Membiarkan anak sungai mengalir dari mata elangnya
Ia hanya ingin melepas lelah
Ia hanya ingin ketenangan menyelimutinya
Namun ketegangan yang dihadapinya
Dan hanya kegelisahan yang menyelimutinya
Isakan dan kumandang do’a memenuhi ruangan kecil itu
Mata itu terus mengeluarkan muatannya
Bibir itu terus memohon
Namun suara sang angin tak kunjung pergi
Otak dan matanya mulai kosong
Jantungnya hampir kehilangan iramanya
Tubuh ringkih itu membeku tak bergerak
Namun hatinya terus memohon untuk didengarkan
Kelopak itu tak kuasa menahan kantuk
Kelelahan menghampiri kesadarannya
Namun ketakutannya masih bertahan
Hingga akhirnya ia harus menyerah pada kegelapan
Cahaya itu datang
Menusuk bola hitam dibalik selaput itu
Hatinya bersorak mengucap syukur
Semua telah berakhir
Keinginan Mustahil
Pikirannya melayang jauh
Kadang ia merasa ragu
Itu semua hanya khayalannya
Atau memang keinginan hatinya
Hatinya berbisik kalau itu memang keinginannya
Namun otaknya menyangkal
Di atas semua itu ia bernegosiasi dengan sang otak
Hingga akhirnya mereka sepakat bahwa itu adalah kainginannya
Otaknya berkata bahwa itu semua mustahil
Hatinya membenarkan dengan sendu
Namun ia tak berhenti mengucapkannya
Walau ia tau itu hanya keinginan yang mustahil
Hal itu muncul ketika hati dan otaknya merasa lelah
Mereka lelah dengan semua yang telah terjadi
Tak ada satupun kejadian menyenangkan yang direkam sang otak
Dan tak ada sedikitpun rasa bahagia yang diterima sang hati
Keinginannya hanya satu
Namun mustahil untuk didapat
Tujuannya hanya untuk bisa merasakan kebahagiaan
Namun kepalanya bukan komputer
Sang otak tak memiliki tempat penyimpanan yang bisa dihapus
Ia tak bisa menghapus memori kelam sang otak
Keinginannya hanya satu namun mustahil
Ia ingin menghapus semua ingatannya
