Puisi-puisi Titin

Pelangiku, Petaniku, Untuk Ibu dan Ayah

Pelangiku, Petaniku, Untuk Ibu dan Ayah
Ilustrasi. (Deanne Flouton/ebsqart.com)

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM

 

 

Pelangiku

 

Kau datang setelah aku kehilangan arah

Ketika aku tak tahu harus pergi kemana

Kau datang membawa warna

Membuat aku tahu harus pergi kemana

Kau tawarkan aku beberapa warna

Aku pilih salah satunya

Tapi kau berkata bahwa semua warna milikku

Aku menggeleng tanda tak setuju

Aku ingin ini menjadi warna kita

Warna yang menyelamatkan aku dari keterpurukan

Warna yang menyelamatkan aku dari kegelapan

Terimakasih untuk warna-warnamu

Kau adalah pelangiku

 

 

 

Petaniku

 

Pagi menjelang

Bergegas Engkau pergi ke ladang

Berbekal semangat yang tak pernah padam

Berjalan menyusuri pematang

 

Wahai petani

Sungguh berarti perjuanganmu bagi kami

Jasamu turut memakmurkan negeri

Begitu berharga pengorbananmu untuk kami

 

Petaniku

Selalu kupanjatkan do’a dari relung kalbu

Sebagai tanda cinta kasihku

Semoga kekuatan kesehatan dan keberkahan selalu menyertaimu

Aamiin

 

 

 

Untuk Ibu dan Ayah

 

Ibu…

Terimakasih karena selalu bangun paling pagi

Terimakasih karena selalu siap membuatkan kopi

Apalagi untuk urusan hal cuci mencuci

Tak lupa untuk urusan hati kehati

 

Terimakasih sudah bersedia menjadi sahabat

Tempat yang paling nyaman untuk curhat

Terimakasih untuk dongeng sebelum tidurnya

Juga untuk kecupan manisnya

 

Ayah…

Terimakasih sudah mau mengantar kemana saja

Terimakasih juga untuk hadiah bonekanya

Terimakasih untuk uang saku selama ini

Kelak, semoga aku yang ganti memberi

 

Ayah itu jagoanku

Selalu berusaha memberi yang aku mau

Ayah itu Ayah terhebat di dunia

Selalu semangat mencari nafkah untuk keluarga

 

Ibu…Ayah…

Semoga kalian sehat selalu

Agar bisa menemani aku meraih suksesku

Semoga Tuhan beri umur panjang

Agar aku bisa membahagiakan kalian

Aamiin

 

 

 

Titin, asal Sleman, Yogyakarta. Sejak SD sudah hobi mengarang, khusunya cerpen. Ketika SMP pun aktif mengirim cerpen atau puisi ke buletin sekolah. Tak jauh berbeda saat Ia duduk di bangku SMK, menulis tetap menjadi hobinya. Ia sering mengikuti lomba menulis. 


Berita Lainnya

Index
Galeri