PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Retak Patahan Kayu
Retak patahan kayu
bunyi khatam serbuk merubung
merobek daun hidung dalam lipatan satu dua
pada permulaan kayu;
tangan pasrah mendedah jantung hutan
dari induk pohon yang riang memeluk kabut
dalam satu detik
pohon terbelah dan patah mencium tanah
dalam dua detik
pohon diulur tangan menuju kota-kota
menjadi jantung tidurmu
permak segala tempah rumahmu
Medan, Juni 2016
Cerita Usia
usia itu kantung mata yang menebal
pada kejab kantuk, saat kau terhibur pada
doa-doa umur panjang
lilin-lilin menegak di dekat lengan
seperti semangat anak-anak
menemukan mainan baru di halaman
gunung kota masih mencibir
rambutmu yang mengabu
kala langit menjelma abu suatu sore
kau hembus angin seperti kau tiup lilin
dalam cangkang tuamu
semoga tidak menetas resahmu akan bau tanah
dan dosa-dosa dibalik pintu
atau baju-baju di gantungan kain istrimu
“menegaklah usia, seperti anak lelaki tanggung”, katamu
jangan membuatku takut
di keheningan ini, aku melihat pusara jiwaku
usiaku terlalu mencintai doa-doa yang tersemat
Sinabang, Januari 2016
Orang Perahu
Orang perahu, Nang, telah tiba
dengan bau dingin ombak melilit tubuhnya
demam asin telah menguliti segala daging tubuhnya
dipantaunya segala debar laut yang menyimpan kabar badai
dan disimaknya segala arah yang menuju pulau-pulau
Orang perahu, Nang, telah tiba
dengan layar yang sudah lupa keramat usianya
dengan papan perahu yang mulai hitam melebam terusik mentari
dilipatnya layar yang kusut dan buram
katanya, pulau pulau sudah mendekat dari ujung jari
pulau-pulau sudah sepantaran jarak tepian dengan kali
Orang perahu, Nang, telah tiba
kaki-kakinya berlumpur resah berbulan-bulan yang lalu
tiada ia basuh
sekalipun ia bermandikan air
dan berumah terkam gelombang laut
berkali-kali
disimaknya kabar yang menuju pulau-pulau
Medan, Juni 2016

