Puisi-Puisi Ria Nurindah

Tsunami, Senyum, Tukang Bangunan

Tsunami, Senyum, Tukang Bangunan
ilustrasi. (Pam Coulter/modernreston.com)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Tsunami
 
Bergoyang bumi ini
Lempeng bawah laut mematahkan diri
Hiposentrum pun mendekati tepi
Air laut mundur berlari
Surut seribu inci
 
Secepat kilat ombak menggulung tinggi
Seketika muncul tanpa disadari
Air laut terlempar di daratan bumi
Menghantam seluruh isi
Menyapu semua yang berdiri
Semua orang berlari
Semua orang menyelamatkan diri
 
Tetapi...
Semua tiada arti
Semua telah terjadi
Waktu sekedip ini
Menghapus kegembiraan di hati
Puing-puing sunyi menjadi saksi
Tarian maut tsunami
Mengguncang ujung negeri dengan pasti
Merapi
 
Jajaran sirkum pasifik membentang rapi
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Bali
Irian Jaya hingga Sulawesi
Hanya Kalimantan yang tak terlewati
 
Gunung berapi menjulang tinggi
Kadang menggeliat mengaktifkan diri
Terus beraktivitas tak mengenal hari
Wedus gembel menjadi ciri
Diikuti muntahnya bongkahan api
Yang ditakuti jelas sering terjadi
Pasak bumi pun meletus menenangkan diri
 
Hingga suatu hari
Terekam jelas dalam memori 
Juru kunci ikut mati
Memantapkan keganasan Sang Merapi 
Gempa
 
Aktivitas vulkanik menggelitik
Aktivitas tektonik siap mencekik
Lempengan bumi saling berdiskusi
Saling menjauh saling mendekati
 
Ketika kedekatan intim mulai terjadi
Getaran dalam bumi menjalar sampai kaki
Puncak dan lembah pola yang terdeteksi
Memacu tanah bercerai meretakkan diri
Genteng-genteng lumpuh jatuh ke bumi
Rumah mewah megah mengambrukkan diri
 
Semua bingung, semua linglung
Apa gerangan yang tengah terjadi?
Tubuh mematung di atas kedua kaki
Jantung mengempis mengembung meluapkan emosi
Semua orang berusaha berlari menyelamatkan diri
Di kala gempa tengah terjadi
 
 
 
SENYUM
 
Bibir ini tertarik seraya mata melirik
Merayu seekor jangkrik di siang yang terik
Bibir ini membeku, menunggu tanpa malu
Lantunan merdu lagu yang syahdu nan lugu
Bibir ini menyatu menahan sang waktu
Menilai laut biru, menyanjung mega ungu
 
Bibir pun tersenyum
Luka, beban dan ratapan merasa kagum
Semua hilang bukan sekedar melamun
 
Senyum itu...
Membahagiakan
Mengecas semangat
Mengobarkan cinta
 
Senyum itu
Manis dan lembut
Mudah dan sederhana
Penuh makna sejuta rasa
Semilyar pesona
 
Senyum itu
Rasa istimewa
Mampu menguasai dunia
Melumpuhkan sengketa
Meleburkan angkara
Menyatukan jiwa
 
Senyum itu
Tulus
Senyum itu
Tanpa akal bulus
Masuk siap mengelus
Hati nan halus
 
Senyum itu kunci
Kunci membuka hati
Senyum itu suci
Suci menyeka benci
 
 
 
TUKANG BANGUNAN
 
Paman tukang bangunan
Kerjamu sangat mengagumkan
Jam 07.00 pagi kau sudah datang
Demi mengumpulkan pundi-pundi tabungan
 
Paman tukang bangunan
Kau rela merantau ke negri sebrang
Demi sebuah perjuangan
Memenuhi tangguh jawab kerajaan
 
Paman...
Kau rela kulitmu hitam legam
Dipanggang sang surya tanpa penghalang
Paman...
Tubuhmu kering kerontang
Tapi tak pernah kau hiraukan
 
Paman tukang bangunan
Makan siangmu mencengangkan
Sebungkus nasi dengan mie isntan
Air mataku mengalir tak sengaja menyaksikan
 
Paman tukang bangunan
Tak peduli keringat membasahi
Kau tetap riang bernyanyi
Tak peduli cat tembok melumuri
Kau tetap asyik menggoyangkan diri
 
Paman tukang bangunan
Maha karyamu luar biasa
Tembok indah penuh warna
Pintu kokoh tahan lama
Lantai keramik berjajar rata
Genting merah indah penyempurna
 
Paman...
Jasamu begitu mulia
Karenamu rumahku seperti istana
Siang malamku seperti syurga
Tak kepanasan dan tak kehujanan
Terima kasih paman
 
 
Ria Nurindah adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir pada tanggal 14 Mei 1989 di Gunungkidul, Yogyakarta. Lulusan S1 Pendidikan IPA ini sangat mencintai dunia tulis menulis sejak kecil. Gadis hitam manis ini berkepribadian ceria, penuh semangat dan pantang menyerah. Suka dengan petualangan dan hal-hal baru. Motto hidup “You will never know till you have tried.” Kalian bisa bertukar pengalaman dan informasi melalui email [email protected].
 


Berita Lainnya

Index
Galeri