Puisi-puisi Laras Oktavia

Pelangi Jumpa Berdarah Arjuna, Semarak Janji Menebar Ilusi, Tertusuk Tanduk Kepamoran

Pelangi Jumpa Berdarah Arjuna, Semarak Janji Menebar Ilusi, Tertusuk Tanduk Kepamoran
Ilustrasi. ( Jason Zahra/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Pelangi Jumpa Berdarah Arjuna
 
Sore itu, angin, daun, hiruk pikuk jakarta..
Mereka menyaksikan pertemuan diriku dan dirinya..
Kau, si pembawa kuas, berbungkus kemeja.
Mengapa hadir hanya sementara?
Melanda hati, membentuk kata..
Tak ada bahagia, selain berkhayal..
Imajiku terus berjajak pada kekuasaan parokial..
Terbatas, hanya penuh dengan hamparan pasir dan kerikil..
Keabadian selalu terkikis oleh rasa-rasa  bimbang..
Pertemuan, yang tak memiliki pengarang
Hak bersama pun terbagi sinar-sinar penerang.
 
Jakarta, 2016
 
 
 
Semarak Janji Menebar Ilusi
 
Kehampaan langit penghantar awan, hitam tertuliskan alam..
Kegaduhan adat, wujudkan bumi bermuram.
Merasuk kalbu, mengalirkan harap.
Ingatkah kau, akan kilat penerang nestapa?
Terlukis bintang, berdamping bulan, menutup surya..
Gemerlap semesta, bak istana berpesta dansa.
Kau berpijak-pijak, jelajahi kuntum berkulit harum..
Berlaku raja, berhati jarum.
Hadirkan pemuja, bersisakan rantai..
Sudah!! hitam semua lisan yang pernah sampai.
Tak ada lapang, bagi kau si pecundang.
 
Tangerang, 2016
 
 
 
Tertusuk Tanduk Kepamoran
 
Bersilir-silir angin menyeru ombak..
Separuh bumi penghantar jejak..
Prahara timur ramai bersentak.
Terkenang kah, Tuan?dekapan fajar penikmat embun?
Tersipu hangat, terlelap rasa..
Arjuna hati, pengikat cinta..
Berlayar senja, berbilik surya..
Haluan rindu, melambai asmara.
Tuan, pemilik kasih? lagi serupa debu mendesak paru..
Pena berlirih, senyap membisu..
Seruput samar mengalunkan semu..
Jemari bergempar, rasio memadu..
Angkasa terluluh, bumi bertemu.
Pekat!! memancar kilau kepalsuan!
Tanah fantasi bertapak ilegal..
Daun terkirai, batang tercekal..
Tersapa sinar, awan bergumpal..
Sedia pulau, bersinggah kapal.
Lantang, bergema ria. Sorotan wajah, peran wibawa.
Cakap menawan, indahkan hawa..
Senyum mendekik, bak sambutan memesona..
Terjatuh paras, hadirkan bahagia.
Siar-menyiar, kabar berputar..
Berlagu lembut, tancapkan binar.
Tak berhujung, terhenti sirna..
Tatapan gelap, bertampak fana.
 
Tangerang, 2016
 
 
 
Laras Oktavia, lahir di kota Tangerang 26 Oktober 1997. Betempat tinggal di Kp. Ciledug Gg. H. Pasar, Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan. Saat ini sedang menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mulai menulis, ketika situasi perlahan terjawab oleh imajinasi, lebih tepatnya ketika masuk di jurusan sastra Indonesia. Berawalkan; membaca puisi yang terdapat di media sosial, mendengarkan puisi yang dibacakan oleh pendewanya, dan akhirnya mulai mencoba membuatnya.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri