Puisi-puisi Ukhtia Khuluqi Adzima

Wanita Hitam, Senja Butuh Kalian Mati, Kopiku Mulai Malu, Selembut Subuh, Merampas Senja

Wanita Hitam, Senja Butuh Kalian Mati, Kopiku Mulai Malu, Selembut Subuh, Merampas Senja
Ilustrasi. (Mr. Yang/fengshui-paintings.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Wanita Hitam
 
Menghampiri lorong gelap, berjalan dengan tergesah-gesah.
Kataku: ia terlalu menikmati jalannya,
menyusuri jalan yang ia tak boleh lewati.
“ini hidupku” dia membela diri.
 
Ini hanya lorong gelap tanpa sinar Sang Maha Kuasa.
Mudah Dilewati.
Kau tak tau saja diriku ini,
hitam yang melebihi gelap.
 
Suatu ketika,
aku malu dengan bulan dikala senja.
Dengan putihnya menatap kehitamanku.
Katanya: untuk apa helaian hitam kau tutupi dengan putih?
Muka kau taruh dimanapun.
Kau akan tetap hitam jika hatimu hitam.
 
 
 
Senja Butuh Kalian Mati
 
Kepada gedung pencakar langit dan penggores bumi.
Aku butuh taman seluas dan setinggi kalian.
Betapa debu bertebaran dengan angkuh.
Ya, seangkuh kalian.
 
Kau cakar langitku.
Kau gores bumiku.
Pijakanmu cukup kuat.
 
Disenjaku hanya terpandangi kalian,
padahal angan mengarapkan hamparan hijau
nan teduh.
 
Senja butuh kalian mati.
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri