PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Duka Andalas Duka Kita
Saksikanlah! Tubuh-tubuh rapuh!
Menahan duka perih kabut asap
Mengharap musim baru
Kembali dari hutan yang diganyang
Lahan dibakar para perampas kedamaian
Duka Andalas adalah duka kita
Sepanjang napas dalam dekap nestapa
(Surabaya, 28 Agustus 2016)
Matahari Muda Indonesia
Kita adalah manusia yang terlahir sama
Di suatu negeri dengan berjuta asa
Satukan rasa cinta untuk Indonesia jaya.
Kita adalah putra-putri Ibu Pertiwi
Awali hari-hari dengan semangat empat lima
Tak ada kemerdekaan tanpa pengorbanan
Bukan tiba-tiba lahir dari keajaiban.
Kita adalah pemuda-pemudi
Generasi penerus bangsa
Kapan lagi kalau tidak sekarang
Selagi muda meniti laskar matahari
Membara bagai api
Melanglang seperti elang
Menebar ibarat layar.
(Surabaya, 28 Agustus 2016)
Kaum Buruh
Kisah di pagi buta terekam hingga senja
Pekerja muka-muka tua
Langkahnya memecah fakta getir
Mengais rezeki dari remah-remah terpinggir
“Tuan, berilah upah setimpal sebelum kering keringatnya.
Tuan, berilah santunan masa tua sebelum ruh lepas dari raganya.”
(Surabaya, 29 Agustus 2016)
Tempat Segala Bergantung
aku hanyalah layang-layang
yang hidup bergulat melawan angin
menyadari benang yang mengikatku tak selalu perkasa
bila angin kencang mendera, aku lepas seketika
aku hanyalah daun yang mulai menguning
pada dahan dan reranting kering
angin ribut datang menggunting
hingga aku terpelanting
aku hanyalah kapas-kapas lepas
yang mulai usang dan asing
menghambur di udara terbang bebas
angin menghardik, aku terombang-ambing
seperti itulah aku
sekuat apa pun imanku
godaan silih berganti melandaku
namun kucoba teguh pendirian
agar tak tergelincir dalam kemaksiatan
hanya kepada Allah
Tuhan Arasy Yang Agung
tempat segala bergantung
(Surabaya, 29 Agustus 2016)
