Puisi-Puisi Zuly Kristanto

Bukan Stasiun Terakhir, Cinta Dalam Secangkir Kopi, Pada Jarum Jam dan Dua Puisi Lainnya

Bukan Stasiun Terakhir, Cinta Dalam Secangkir Kopi, Pada Jarum Jam dan Dua Puisi Lainnya
ilustrasi. (Jeff Rowland/id.aliexpress.com)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Bukan Stasiun Terakhir
 
Malam ini telah kubulatkan tekad 
Untuk menjernihkan hati
Supaya bisa kutemukan petunjuk sejati
Aku tahu selama ini telah salah arah
Maka kuminta ijin 
Bila malam ini aku akan pasrah
Tetapi ingat, aku belum kalah
Aku hanya mencoba menerima nasib
 
Ketika embun mulai menghampiri bumi
Tidak perlu menangisi atau menyesali semua yang terjadi
Yang dibutuhkan hanya kebesaran hati
Demi mengurai misteri Illahi
Cahaya bintang yang belum pudah membuatku tersadar
Bila hidup bukanlah permainan
Yang dijalankan secara asal-asalan
Karena hidup butuh perhitungan
Supaya tidak melahirkan penyesalan
 
Bila tempat ini telah penuh dengan kesedihan
Untuk apa dipertahankan
Bukankah sudah waktunya memulai pengembaraan baru
Karena di depan sana sudah menanti langit biru
Sebuah langit yang penuh dengan kebahagiaan 
Seperti yang telah Engkau janjikan 
 
 
 
Cinta Dalam Secangkir Kopi
 
Aku bukanlah pecinta yang sempurna
Dan bukan pecinta yang sederhana
Aku hanya pecinta biasa
Yang berusaha mencintai semampunya 
 
Aku tidak mampu membangun seribu candi
Untuk meluluhkan hatimu
Dan aku tidak mau menjadi pelangi 
Yang hanya datang setelah badai usai
 
Bila kau bertanya seperti apa cintaku
Minumlah kopi dalam cangkirmu
Dengan begitu kau akan tahu
Bagaimana tenang itu
Dan bagaimana tentram itu
 
Tetapi
Jadilah peminum kopi yang baik
Minumlah kopimu sampai tandas
Supaya cinta kita impas
 
 
 
 
Pada Jarum Jam
 
Pada jarum-jarum jam kita terus bersetia
Menanti harapan yang tak kunjung datang
Sementara jarum-jaram jam terus berlari
Kita masih saja terus meratapi 
Kenangan lama yang sebetulnya tidak perlu ditangisi
Ah,
 
 
 
Sajak Pernikahan
 
Bila hari ini semua do’a adalah milik kita
Boleh jadi kebahagian sedang menanti disana
Tetapi jangan pernah lupa
Do’a hanya akan menjadi rangkaian kata tanpa makna
Andai kita terlalu asyik menutup telinga
Sehingga lupa untuk saling menerima dan bersetia
 
 
 
Sebuah Pertanyaan Menjelang Tengah Malam
 
Bila perbedaan hanya melahirkan perselisihan
Mengapa perbedaan ini Engkau ciptakan?
 
Bila inti sari ajaran semua agama itu sama
Mengapa semua berlomba ingin menjadi yang utama?
 
Bila semua agama mengajarkan welas asih
Mengapa begitu banyak yang berlomba menebar rasa pedih?
 
Bila semua agama menuntun menuju jalan yang terang
Mengapa begitu banyak orang gemar berperang?
 
Tuhan, sebenarnya Engkau ciptakan kami ini untuk apa?
 
Tuhan, Aku tahu Engkau mengetahui yang tidak kuketahui
Karena Engkau Maha Mengetahui
Tapi ijinkan aku menuliskan isi kepalaku ini
 
Tuhan jika Engkau menghendaki
Ijinkan kami menuju-Mu dengan jalan yang paling damai
 
 
Zuly Kristanto, lahir di Tulungagung, Jawa Timur 26 tahun silam. Menyelesaikan Pendidikan formal di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (Jawa). Dia dapat dihubungi di zulykristanto@gmail.com. 


Berita Lainnya

Index
Galeri