PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Kota Tanpa Sayur Asem
Jalan panjang ini bercerita
tentang kejamnya cita-cita,
kejamnya angan yang membuat orang tua bangga,
kejamnya siksa yang bahkan,
harus dibayar empat sampai enam juta
per enam bulan lamanya.
Itupun lebih
karena sukses saat ini lebih mendewakan angka
Disini Tuhan berlipat ganda
menjadi materi dan tahta
Dan uang adalah dewa yang paling sakral, serupa Syiwa
Namun amal tak pernah menjelma jadi Brahma
Setidaknya rasa iba adalah caraku ber-infaq
dan jujur adalah caraku beribadah
meski kebaikan jarang ada disini
serupa sayur asem
di kota ini
Tuban-Jember, 2016
Home Sweet Airport
Rumahku menjelma menjadi bandara. Bandara yang aku senang bila delay berlangsung lama. Bandara yang menjadikan tempatku transit, sebagai burung besarnya. Aku senang tidur di bandaraku, meskipun 48 jam sekalipun. Aku senang menggelar karpet, sambil mengenang duka bersama para penghuninya. Aku senang terlelap di kursi tunggunya.
Bagiku, tak perlu perawatan bintang lima di bandaraku. Juga frontliner siap sedia. Hanya masakan mama.
Jember, 2016
Rumus
Aku mulai bersahabat dengan angka dan beribu konstanta
saat kau menjelma
menjadi pengajar sederhana
Tak ada rumus yang dapat disampaikan
Inersia, Kelembaman, Gerak Lurus, Fungsi atau apapun
dalam pertemuan Matematika tiga hari yang lalu
terselip cerita
mungkin terdapat rumus yang belum kau sampaikan padaku
yaitu rumus untuk mencari jarak, kecepatan dan persamaan
menuju hatimu.
Tuban, 2014
Dalam Debat Panjang
Dengar dengarlah rajah dan pagi menyembah seumpama langit masih cerah dan bukan kau yang menjarah. Dalam dan satu makian yang tercipta jadi bisa apa racun? Kau sama gilanya sama sintingnya sama bodohnya sama keledai. Tak ada apa-apanya. Kau terlau naif terlalu munafik. Kau tahu Tuhan tapi tak menyembahnya. Kau tahu surga, tahu neraka, tahu akhirat tapi kau tak pantas diketiganya. Kaupun tahu agama lima kau tahu kitab kau tahu semua. Hanya tak punya hati.
Baik, baik. Aku sekedar dengar adzan saja setiap waktu. Tapi ini arahku bukan tersesat. Untuk apa kau sembah Tuhanmu tapi mati lugu dengan berita bom bertalu-talu kau pun sebut itu jahat atau jihad? Kau agungkan kitab-kitabmu tapi psikopat yang terlihat. Kau bilang rukun Islam kelima itu haji bagiku hanya sekedar menyombongkan diri. Kau kenal surga berusaha meraihnya tapi biarkan anak istrimu mati polos atasmu yang tak tahu kerja hanya tengadah saja? Apa kata Tuhanmu? Malu punya hamba sepertimu
Dan waktu mulai kembali
dentingnya seolah berjalan cepat
karena darah akan bersimbah begitu hebat
Tuban, 2014
