Puisi-Puisi Melsyana

Hitam Putih, Jenuh, Cinta, Tersiksa

Hitam Putih, Jenuh, Cinta, Tersiksa
ilustrasi. (Leonid Afremovlaura kranz/lauraakranz.com)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Hitam Putih
 
Begitu banyak hal yang ku lalui
Rintangan, cobaan, dan dukungan yang kuterima
Tapi apa akhir yang ku dapat
Kehampaan dan tanpa kepastian
Tanpamu aku bahagia
Tanpamu aku sedih
Hanya hitam putih yang ku lalui
Tak ada kebahagian dan kesedihan
Netral itulah yang ku dapat 
Tak ada warna yang ku terima 
Dikehidupan nyata ini
Hanya hitam putih yang ku lalui
Letih langkah kaki ini
Mata sulit terpejam
Tangan mulai terkulai
Badan terasa mati
Penat selalu menanti
Aku ingin berubah
Menjadi lebih baik
Menghilangkan kehampaan ini
Hatiku terus meraung
Memanggil perubahan
 
 
 
Jenuh
 
Kaki terus berjalan, mengikuti arah angin
Terus berjalan
Menyebrangi sungai
Aku tahu itu
Jurang dan tebing menanti
Dawai-dawai pohon menari
Menanti kedatanganku
Terus berlari
Mengejar angin hingga petang
Kesendirian
Menanti kedatanganku
Aku lelah
Siapapun tolong aku
Tolong kesendirianku
Matahari berganti bulan
Gelap dan sunyi
Jeritan jangkrik mengudara
Aku jenuh dengan semua ini
Menanti kepastian
 
 
 
Cinta
 
Ketika kau datang, aku merasa getaran
Kau selalu datang tiba-tiba, merusak saraf-sarafku
Kakiku lemas, tanganku lunglai menyambutmu
Kau membuatku sakit, pergi begitu saja tanpa pamit dan bicara
Aku rapuh
Kau tega dan kejam
Bibirku keluh, mataku sakit karnamu
Kau membuatku bahagia
Selalu seperti ini
Apakah ini mimpi ?
Tidak, kau nyata
Datang dan pergi, sesuka hatimu
Aku lelah 
Tinggalkan aku sendiri, tanpa kembali
Tetaplah disana tanpa datang dan merusak cara kerja jantungku
Semua saraf ditubuhku mati tanpa sisa karnamu
Cinta, satu kata yang sangat dahsyat pengaruhnya
Tanpamu aku hidup dan tanpamu aku mati,
hingga tak berbentuk
 
 
 
Tersiksa 
 
Kau jahat, penghancur ketenanganku
Aku sedih, kau bahagia,
tertawa hingga akhir
Aku menangis, kau tak peduli
Aku terus meraung, meminta keadilan
Kau perusak segalanya, sekali lagi kau tak peduli
Aku lelah, ingin mengakhiri semua ini
Kau pembunuh, kau penjahat
Aku mengutukmu atas semua perbuatanmu padaku
Kulitku rontok hingga tak bersisa
Semakin hari semakin habis kau porak-porandakan hidupku
Tempat tinggalku hancur hingga tak berbentuk
Kau harus bertanggung jawab dengan ulahmu
Aku semakin tua, suaraku habis,
badanku limbung, alam pasti mengutukmu,
seperti kau menghancurkan hidupku di alam bebas
Kau seperti binatang buas yang haus akan segalanya
Aku hancur, selamat tinggal dunia
 
 
Melsyana. Lahir di Medan pada tanggal 1 september 1998. Sekarang tinggal di Muara Bungo, Jambi. Bersekolah di salah satu sekolah favorit yaitu SMA N 2 Muara Bungo. Hobi membaca dan mendengarkan music. Sangat menyukai yang namanya ketenangan dan kesunyian. Sebelumnya pernah tinggal di kota Pekanbaru selama 13 tahun. Saya dulu bersekolah di TK Kartika Marpoyan, Pekanbaru, melanjutkan ke SDN 006 Kec. Tampan dan melanjutkan ke SMP N 21 Pekanbaru.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri