Puisi-Puisi Julia Hartini

Hari Kelahiran, Ruang Ganti, Jalur Pedestrian Saat Sore, dan Dua Puisi Lainnya

Hari Kelahiran, Ruang Ganti, Jalur Pedestrian Saat Sore, dan Dua Puisi Lainnya
ilustrasi. (Diego Rivera's/pri.org)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Hari Kelahiran
 
1/apa yang diharapkan seseorang kepada masa depan
anak manusia menaruh keranjang cahaya
meski cuaca menciptakan mendung nestapa
dalam langkahnya
2/suatu malam ketika kebahagiaan pecah 
dan tangis mendaur rasa sakit
menjadi mata basah
dan repetisi isyarat doa
melangkahi segala harapan
3/maka jatuhlah sebagian prasangka
tangan-tangan menyambut
menyentuh lembut 
tubuh yang kedinginan
dengan retas udara
4/berjalanlah segala puji
sebagai panglima
atas karunia 
yang mengalir
seperti mata air
 
ruang semesta, Agustus 2016
 
 
 
Ruang Ganti
 
1/satu setel pakaian putih dan merah muda
membungkus hutan tropis
di seluruh tubuhku
yang disinggahi kemarau dan hujan
2/di kamar ganti
cermin-cermin memantulkan bayangan 
mekar plumeria yang tak mau dilupakan 
para pemandang
3/tetapi keindahan seraya pergi
setelah satu per satu uang pecah
 terjatuh dalam gelap cemas
yang melulu menggelinding 
4/ harga mencekik leherku 
bersama ribuan pemimpi
yang ingin menjadi cinderella
 
 
ruang semesta, Agustus 2016
 
 
 
Jalur Pedestrian Saat Sore 
 
1/sementara semesta memberikan 
kesaksian paling cakap
berwarna berkilau
memanjang juga berkelok
2/di atas sana, gemawan memeluk
memburu lalu memburai
seperti gimbal rambut
yang akhirnya terurai
3/para pejalan menenteng waktu
dalam saku baju yang tanpa macet
menginjak lantai bermotif petang cahaya
4/antara angin dan debu
melindungi gedung-gedung
dalam hikayat panjang 
5/konon
dalam setiap bagian di jalur ini
ada kenangan yang diselipkan
soal cinta dan tangisan
6/bilamana hatimu bergetar
telah kau dapatkan arti 
sejarah yang tak hanya tinggal
 
ruang semesta, Agustus 2016
 
 
 
Sebagaimana 20 Tahun Lalu
 
1/menyalakan masa lalu
dalam pelukanmu, ma
2/rumah adalah arsitektur rindu
pada suapan pertama 
dan demam yang tiba-tiba menghilang
3/semasa kanak
layang-layang jatuh di pinggir gang
engkau melepas, diriku mengejar
lebur bersama gaduh teriakan
4/dua puluh tahun berlalu
dengan ingatan yang tak mudah dikelabui
oleh pesawat sekalipun
5/berpendarlah segala fajar
dalam matamu yang mengabadi
dan terjadi
 
ruang semesta, Agustus 2016
 
 
 
Suara Piano
 
1/adakah komposisi yang paling melelahkan
seperti vexations
di atas panggung 
yang mengatur napas para penonton
2/barangkali ada, tapi berbeda
saat tuts dimainkan seorang
dengan kematian di dalam hatinya
3/ruangan hanya bagian dari kantuk
dan kursi-kursi yang ikut menguapkan bibirnya
mata yang semakin sayup
dan berakhir pada delusi
 
ruang semesta, Agustus 2016
 
 
Julia Hartini, lahir di Bandung 19 Juli 1992. Saat ini menetap di Jakarta. Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Pernah berkegiatan di Arena Studi Apresiasi Sastra UPI dan Unit Pers Mahasiswa ISOLAPOS UPI. Tulisannya mendarat di sastranesia.com, buruan.co, isolapos.com, Harian Umum Jawa Pos, Sastra Mata Banua, Galamedia, Koran Madura, Banjarmasin Post, Republika, Inilah Koran, Pikiran Rakyat, Metro Riau, dan Radar Banten. Selain itu, tulisan-tulisannya tergabung dalam beberapa antologi bersama, baik yang diterbitkan dewan kesenian kota maupun komunitas. Saat ini tengah mengelola blog pribadinya di www.akujulia.tumblr.com agar karya yang lahir bisa diapresiasi pembaca. 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri