Puisi-puisi Wahyu Maulidha

Bukan Dewa, Desaku Berubah, Kunikahi Kesepian, Kutunggu Mentariku, Untuk yang Terdalam

Bukan Dewa, Desaku Berubah, Kunikahi Kesepian, Kutunggu Mentariku, Untuk yang Terdalam
ilustrasi. (River Hunt/riverhunt.org)

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM

 
 
Bukan Dewa
 
Lalu kini kesepianlah yang menyadarkanku
Membangunkan mimpi panjang
Betapa tingginya singgasana hatimu
Betapa banyak dewa yang akan kutaklukan
Aku tak cukup pahala menyemberangi jembatan
Untuk segera sampai ke nirwana
Aku tak begitu hebat untuk menaklukkan
deret perajurit tangguh penjaga benteng hatimu
Aku tak sebegitu kuat
Aku telah lama mencoba terbang ke atas kasta tertinggi
Mencoba menduduki singgasana bersama kau
Tapi kesepianlah yang menarikku kembali ke bumi
Aku tak peduli ke mana jala
Melangkah diatas air
Melawan gelombang dan deret karang
Atau aku bersembunyi gelap
Berkamuflase bersama kenangan menggapaimu
Menduduki strata terendah dalam putaran cinta
Yang bisa saja mati bersama asa
Karena aku bukan dewa sang pujangga
 
(Bangko,27 Agustus 2016)
 
 
 
Desaku Berubah
 
Desaku serupa neraka
Tak ada lagi pepohonan tinggi menjulang ke langit
Pagipun tak ada lagi kiacuan burung bernyanyi
Hamparan hijau menjelma abu-abu
Gelegar panas menerpa desaku
Ladang ladang luas berganti rumah rumah yang tak jelas
Biadab!
Kataku kini Manusia tak bertanggung jawab
Kini ilalang menjulang pun kau sulap
jalan aspal. Pepohonan rindang
seketika gedung pengahadang
Polusi kini tak payah kucari
Dihadap jendela hamparan asap kelabu
menunggu untuk kami seduh
 Genangan limbah Mengalir deras digelas
Pada kalian manusia berdasi,
Kemana janji manis dan kebijakan rasionalis?
Sedang Kalian duduk santai di bangku malas
Menjadikan desaku cemas
Desa adalah tanah moyang
Seketika bereinkarnasi
Tanpa batas melampai bekasKurindu desaku 
 
(Bangko, 26 Agustus 2016)
 
 
 
Kunikahi Kesepian
 
Waktu kian mengering di sela rongga
Tak berbecak saat hilang
Tak pula mengisahkan tunggu tanpa kabar pasti
Kesepian pun menghampiri
Tak ada teman sesetia kesepian
Aku mulai jatuh cinta akan susana
Dunia tanpa bergeming
Tak kupermasalahkan lagi
Karna kesepian telah mengukir nama
Dengan tetes air mata
 
Kunikahi kesepian itu
Kubawa di saku Kubawa ke mana pergi
Aku telah terlanjur mencintainya di atas suasa
Hingga kurangkai keheningan di wajahnya
Aku dan kesepian melukis muram
Yang kelam di bait cerita
Dengan tawa yang fana di tiap langkah
Begitu lucu akan kemersaan pilu
Dengan menyendiri di antara sudut
Hariku hanya kesepian
Knikahi kesepian
dan kesendirian tanpa kepastian
 
(Bangko, 26 Agustus 2016)
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri