PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Kematian Memang tak Disangka
Tak butuh waktu behari-hari setelah kejadian
Tak butuh banyak janji untuk sebuah penyesalan
Dan semua ini telah berjalan
Sang waktu seolah terhenti
Ketika seorang sosok ibu tangguh
Dipanggil olehNya.
Empat anak yang belumlah matang
Harus ia ditinggalkan
Rasanya baru hari kemaren
sosok itu duduk di bawah terik berlindungkan sebuah kain
untuk melindungi wajahya ketika menjemur padi
bekal makan ia bersama empat anaknya.
Ketika terik sudahlah habis
Berangkat ia menuju ke pasar
niat membeli bahan sambal untuk anaknya juga.
Namun sayang, di perjalanan
Seekor anjing menjadi muasal dirinya begini.
Ia terbaring melintang jalan
Dengan darah yang semakin mencurah
mengalir di kepala dan di telingannya
Dengan sigap warga membawa
Banyak harapan yang tepampang padanya
Ia haruslah tetap hidup
Bersama keempat anaknya
Menunggu mereka matangkan usia
Namun, ini adalah kehendaknya
Ibu muda….
Berjuang membesarkan anaknya
Kembali menyusul suaminya
Yang telah dahulu pergi meninggalkannya
Ribuan tetes air mata mengalir
Menangisi kepergiannya
Tak percaya
Sungguh tidak dapat disangka
Secepat itu waktunya
Mengapa harus dia?
Mestinya tidaklah dia
Bagitulah ucapan sebagian tetangga
Dan kini
ia telah tiada
sangat baik akhlaknya
Santun pekertinya
Memang sudah seadanya
Itu yang harus ada
Ketika jasad telah ditinggalkan nyawa
Budi baik yang akan menemani nyawa
Menemani mereka menuju sang peciptanya.
Kita tak penah dapat menyangka
Kematian itu kapan tibanya
Parambahan, 2015