Puisi-puisi Dewi Hamdanah

Yang Tidak Perlu Dimengerti, Ekspedisi yang Tidak Pernah Selesai, dan 3 Puisi Lainnya

Yang Tidak Perlu Dimengerti, Ekspedisi yang Tidak Pernah Selesai, dan 3 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Jan Matson/janmatsonart.tumblr.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Yang Tidak Perlu Dimengerti
 
Tidak ada jalan. Tidak ada pepohonan. Tidak ada hujan, kesedihan seperti kabut mengepung pandangan. Hutan itu telah tandus. Gersang. Aku kehilangan ranting dan jejak dahan. Maka saat malam tiba dan purnama bertahta tepat di atas kepala, ia  diam-diam mencuri sedikit api untuk dini hari nanti.
 
Tidak ada jalan. Tidak ada keramaian. Lampu lampu dan tiang listrik ialah suara yang dipaksa redam oleh keadaan. Mereka tidak pernah berhenti mencari pembenaran setiap harinya. Jangan hentikan. Mata itu telah jalang. Liar. Merajah irama kesunyian.
 
Kaki bergerak dan jalan menjelma begitu saja.
 
Cianjur, Juli 2016
 
 
 
Ekspedisi yang Tidak Pernah Selesai
 
Aku berperahu, lalu kehilangan dayung di tengah laut.
Aku berteriak, namun suaraku adalah  sunyi.
Ke langit, aku mencari-cari
Wajahku
 
Bandung, Desember 2015
 
 
 
Meditasi Cuaca
 
kau adalah perkara 
yang lebih genting daripada kematian
 
lumpur itu masih pekat, 
ketat 
mengunci segala 
yang sesat dari berbagai arah
 
sedang musim tidak lagi patuh pada alam
mega, 
surya, 
keduanya tidak saling sepakat
 
suara bisa terbang ke mana saja
selaras asihan 
yang tengah dirapalkan
 
tetapi tangan, mata, 
dan seluruh anggota tubuhku akan tetap 
berbahasa
sebagai kehendak semesta
 
Agustus, 2016
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri